"Bingkisan Kecil Buat Cocoh" #HBDRafaelSMASH
Author :
Arisa Kanagaki
Genre :
Sad (semoga)
Cast :
Rafael Tan & Tata
-Cerpen Motivasi-
[maaf typo(s) bertebaran dimana-mana]
***
Suara kokokan ayam jago depan
rumahku itu mulai mengusik tidurku yang sangat nyenyak. Dengan mata yang masih
menyipit Aku mulai terbangun dan beranjak dari posisi tidurku untuk membuka
gorden tipis yang menutupi jendela kamarku yang hanya berukuran 1x1 m itu.
Dengan sedikit susah payah aku melangkah.
"Hoaammm.. Cerah sekali pagi
ini, huff segar..." ucapku saat kedua tanganku membuka katup jendela yang
sedari kemarin tertutup. Terlihat olehku pemandangan yang biasa aku
lihat....tumpukan sampah. Hanya itulah yang setiap hari aku lihat, tak berubah
sedikitpun.
Setelah membuka jendela aku pun
mengayunkan tongkatku pelan menuju ruangan depan rumahku yang sempit ini.
Setelah berjalan dengan payahnya kini Aku sampai juga, Aku lihat seorang pria
berusia lanjut itu sedang terlelap dari tidurnya, nyenyak sekali sepertinya.
"Kakek.." lirihku. Aku
duduk disampingnya sambil memegang pundaknya pelan. Kakek pun terbangun dari
tidurnya, matanya menyapu untuk melihat keberadaanku.
"Tata.. Kamu disini Nak"
ucap kakek dengan suaranya yang masih serak karena baru saja bangun. Kakek
meraba setiap lekuk wajahku.
"Iya kek Tata disini, kakek
pasti capek ya? Tata beli makan dulu ya kek" ucapku sambil melepaskan
tangan kakek dari kedua pipiku. Aku berniat untuk pergi mencari makan, namun
kakek menahan tanganku agar tidak pergi. Kakek berusaha berdiri dengan sedikit
meraba tembok gubuk rumah kami yang terbuat dari papan itu. Kakek memang tidak
buta tapi menurut Pak Mantri, Kakek mengalami kesulitan dalam penglihatan karna
beberapa tahun yang lalu kakek menyelamatkan Aku, seorang bocah kecil cacat
dari kebakaran yang terjadi di suatu pom bensin, dan karena itulah Kakek
menjadi buta seperti sekarang yang meskipun masih bisa melihat sedikit tapi
kakek sudah tua, Aku sangat kasihan terhadapnya yang selalu berusaha
menyenangkanku walaupun aku bukan cucu kandungnya.
"Ada apa Kek?" tanyaku
lembut. Kakek merogoh saku celana kanannya, tangan keriputnya menyodorkan
beberapa lembar kucel yang sepertinya itu uang.
"Ini ada uang Ta, semalem
Alhamdulilah kakek dapat uang lebih banyak.. Ini.. Kamu ambil buat beli makan
kita berdua ya" ucap kakek sambil menyodorkan uang itu ke aku.
"Gak usah kek.. Uangnya kakek
simpen aja, Tata masih punya uang kok, uang sisa kemarin masih ada.
Sekarang kakek masuk aja ya biar
Tata yang beli" ucapku sambil meraih tangan kakek dan mencium punggung
tangannya.
"Tata pergi kek.. Assalamualaikum"
pamitku ke Kakek.
"Walaikumsalam.. Hati-hati
Nak" pesan beliau.
Aku langsung melangkah sebelah
kakiku meninggalkan pemukiman kumuh tempat tinggalku ini. Sudah hampir 10 tahun
kiranya aku tinggal ditempat ini. Bersama kakek? Ya. Karena sejak kecil Aku
hanya kenal kakek, Aku tak tau Ayah dan Ibuku...Kakek bilang meskipun kakek
menemukanku di pom bensin tapi kakek yakin kalau Aku pasti punya orang tua.
Kenapa kakek bicara seperti itu? Ya mungkin kakek ingin membesarkan hatiku.
Kakiku?
Kakiku cacat. Sebelah kiri kakiku
berukuran lebih kecil dari ukuran normal sehingga menyebabkan aku tidak bisa
berjalan normal seperti orang lain. Ya mungkin karena alasan itulah kedua orang
tuaku membuangku di pom bensin dan kemudian karena iba kakek menemukanku dan
membawaku pulang.
***
Panas ibu kota semakin terik aku
rasakan. Kakiku yang cuma sebelah ini rasanya sangat lelah, ingin rasanya aku
berhenti sejenak namun aku tidak bisa. Kakek dirumah pasti sedang khawatir
menunggu kepulanganku, tapi jikalau seperti ini aku tidak mungkin pulang.
Aku belum mendapatkan uang
sepeserpun jadi darimana aku membeli makan untuk aku dan kakek.
Kaki-kaki rapuhku dan kedua tongkat
kayuku ini akhirnya berhenti disebuah lapak koran kecil yang ada di pinggir
lampu merah.
Aku berhenti, mencoba menata nafas
sejenak lalu menghampiri agen koran yang ada disitu.
"Assalamualaikum Pak..
Bolehkah saya bekerja disini?"
ucapku langsung kepada inti permasalahan. Aku yang masih kecil ini tak suka
berbelit-belit apalagi ini semua menyangkut urusan perut.
"Tapi dek..." ucap bapak
bertubuh putih gempal itu ragu. Matanya terlihat melirik kakiku yang cacat.
"Bapak ragu?
Saya janji pak saya akan bekerja
dengan benar dan tidak akan mengecewakan bapak" ucapku penuh keyakinan.
Bapak itu mulai tersenyum.
"Saya percaya sama kamu.. Kamu
anak yang jujur. Ini korannya, hati-hati ya dijalan sana sedang ramai lalu
lintas.. Kalau sudah habis cepat kembali kesini" pesan bapak itu. Sungguh
bapak yang sangat baik hati.
"Baik pak..
Kalau begitu saya permisi"
ucapku sambil berlalu dari hadapan bapak itu.
***
"Koran Koraaannn... Pak
korannya Pak.." tawarku kepada pengemudi sebuah mobil Avanza berwarna
silver itu.
"Berapa harganya?" tanya
seorang bapak dengan pakaiannya yang rapi. Mungkin bapak itu adalah salah satu
pegawai di kantor-kantor besar itu.
"Rp. 2500 saja pak.."
ucapku dengan memasang senyumku yang kakek bilang sangat manis. Bapak itu
membeli satu koranku. Alhamdulilah meskipun masih laku satu tapi ini sudah
alhamdulilah daripada tidak sama sekali.
***
Siang semakin terik. Rasanya
matahari sangat dekat dengan posisi kepalaku. Panas sekali hari ini. Dengan
langkah pasti aku mengayunkan tongkat-tongkat kayuku dengan tangan kecilku.
Semoga kakek tidak marah karena aku telat datang membawa makanan untuknya.
Bismilah.
"Kakek.. Kakek.. Tata pulang
kek.." teriakku tak begitu keras. Seorang pria tua terlihat tengah
berjalan kearahku dengan sedikit meraba tembok.
"Tata.. Kamu dari mana saja?
Kakek khawatir sama kamu Nak" ucap kakek sambil masih terus berusaha
mendekat kearahku.
"Maafin Tata ya kek.. Tadi Tata
ketemu temen trus Tata main deh, maafin Tata ya Kek" dustaku. Aku tak
ingin kakek tau kalau aku bekerja. Kakek pasti memarahiku.
"Yasudahlah yang pasti sekarang
kamu sudah pulang" ucap kakek dengan diiringi seuntai senyuman. Aku lega
mendengar pernyataan kakek.
***
Aku Tata..
Aku tinggal di pemukiman kumuh dekat
jembatan besar dekat ibu kota. Dirumah kecil dan sempit aku tinggal berdua
dengan kakek, kakek angkatku tepatnya. Kakek sangat menyayangiku melebihi
dirinya sendiri. Aku tak tau jelas kenapa tapi aku juga bahagia karena aku
masih bisa merasakan perhatian dan kasih sayang dari kakek.
Aku tergolong masih anak-anak.
Usiaku masih 9 tahun dan beberapa bulan lagi umurku tepat 10 tahun. Dan karena
itulah kakek melarangku bekerja, dengan alasan aku masih kecil. Tanpa kakek
ketahui, Aku keluar rumah dan bekerja. Terkadang aku berjualan koran atau majalah.
Terkadang aku menjual asongan dan sebagainya. Uang yang aku dapatkan itu selalu
aku sisihkan sebagian untuk aku tabung. Kuselipkan setiap receh yang aku dapat
dari hasil peluhku satu siang. Aku berharap supaya aku bisa sekolah seperti
anak-anak sebayaku, ya meskipun itu tidak mungkin.
'BLEP'
Selembar halaman majalah terkenal
tiba-tiba mendarat dimukaku. Sepertinya ada angin yang sengaja mengantarkan
potongan halaman majalah ini kepadaku.
WOW! Seruku. Apa ini yang aku lihat? Ini halaman sebuah majalah
remaja yang isinya bertuliskan aneka biodata artis terkenal.
"Wow SMASH !!"
pekikku. Aku benar-benar tak percaya melihat ini. Aku senang? Ya. Aku sangat
senang karena sudah sejak lama aku ingin sekali tau biodata tentang boyband
terkenal ini, biodata artis kesukaanku.
Kulihat satu-persatu foto yang
tertera di halaman itu. Ku eja pelan nama-namanya, meskipun sulit dan
memerlukan waktu lama akhirnya Aku berhasil. Tak sia-sia kakek mengajariku
membaca :)
" eR a RA eF a FA E eL ... Rr
RA RAF RAFAEL" eja ku pelan.
Yeye akhirnya aku tau namanya.
Teriakku dalam hati kegirangan. Lalu aku pun kembali fokus kepada kertas itu. "Kakaknya
ganteng deh, kayaknya yang paling baik nih daripada yang lain.. Hehe keliatan
dari mukanya" gumamku kecil sambil diiringi tawa kecilku yang khas.
"Ah liat lagi ah.. Liat tanggal
lahirnya aja, hehe" ucapku lagi. Dasar aku gadis kecil yang aneh, Aku pun
merasa melupakan kehidupanku semula dan seakan memiliki semangat baru saat aku
melihat foto kakak Rafael itu.
- 16
November 1986 -
"Wow tanggal lahirnya sama
kayak aku, tapi tahunnya kok beda ya.. Tanggal lahirku 16 November 2002"
gumamku bingung.
Aku ini memang gadis kecil yang
sangat ingin tahu. Kata kakek aku ini pintar tapi sayang kakek selalu sedih
kalau membicarakan hal ini. Kakek selalu menangis dan meminta maaf. Aku sedih
bila melihat kakek seperti itu.Aku semakin asyik membaca selebaran yang tidak
sengaja aku dapatkan itu. Aku semakin antusias membaca fakta-fakta tentang kak
Rafael yang ada diselembaran kucel itu. Sampai-sampai selembaran itu aku bawa
pulang agar bisa aku baca dirumah.
***
1 minggu berlalu semenjak aku
menemukan selembar halaman majalah remaja itu.. Rasanya sekarang aku lebih
bersemangat menjalani kehidupanku yang semula aku rasakan sangat pedih. Dengan
hanya melihat foto kak Rafael saja aku sangat tenang dan senang. Setiap hari..
Aku bekerja dengan semangat, Alhamdulilah juga aku sudah bekerja tetap sebagai
loper koran di lapak kecil milik bapak yang dulu pernah menolongku. Aku
bahagia, Sangat bahagia. Tak lupa juga setiap hari kupanjatkan doa disetiap
sujudku untuk kesehatanku, kesehatan kakek dan tak lupa juga untuk kesehatan
kak Rafael. Meskipun aku sama sekali belum pernah melihatnya dengan mata
kepalaku sendiri tapi aku bahagia bila melihat fotonya meskipun itu sudah
sangat kucel dan lecek.
Lewat selembaran kucel itu aku
serasa menemukan sesuatu yang lain. Sesuatu yang memberikan energi positif
tersendiri untuk jiwa kecilku yang mulai rapuh.
Satu persatu aku mengetahui hal-hal
kesukaan kak Rafael. Aku juga tau nama panggilannya. COCOH. Panggilan yang lucu
dan menggemaskan menurutku.
***
3 hari lagi ultahku yang ke 10 juga
ultah Cocoh yang sudah kuhitung-hitung berkali-kali kira-kira yang ke 26 tahun.
Aku, dihari jadiku yang ke 10 ini
ingin sekali aku bertemu sosok Cocoh. Aku tau cocoh pasti juga ingin bertemu
aku. Aku tau pasti cocoh itu orang yang baik dan ramah. Aku tau cocoh pasti
senang bila aku bisa mengucapkan selamat ulang tahun langsung didepannya,
secara aku kan gadis kecil yang manis kata kakek.
"Aku mau beliin kado buat cocoh
ah.." gumamku lirih sambil duduk bersila didepan sebuah celengan berbentuk
ayam yang terbuat dari tanah liat. Itu adalah celenganku yang dibelikan kakek
sewaktu kakek jalan ke pasar minggu beberapa saat yang lalu. Mungkin isinya
sudah banyak, karena sudah hampir setahun ini aku mengisinya dengan uang-uang
receh hasil perasan keringatku.
"PRANGGG..."
Celengan itu pecah menjadi
berkeping-keping. Potongan-potongannya berceceran kemana-mana. Uang-uang
recehku terlihat sangat banyak. Aku senang.
"Seribu..DuaRibu....TigaRibu... Aduh berapa sih ni
pusing aku, uangnya kok banyak banget" ucapku dengan rasa sedikit dongkol.
"Gatau deh yang pasti bawa aja.. Gak tau ntar dapet apa" ucapku lalu
memasukkan uang-uang itu kedalam tas kecilku yang terbuat dari kain.
Aku berjalan keluar rumah. Cuaca
yang tidak begitu panas cukup mendukungku untuk berjalan ke toko-toko dipinggir
jalan besar sana. Kebetulan kakek belum pulang, mungkin kakek sedang bekerja.
***
Aku menyusuri trotoar yang ada
disisi jalan ditengah ibukota ini. Aku melihat keramaian dan kebisingan disini.
Rasanya tempat ini sangat sibuk sampai-sampai banyak kendaraan disana yang
saling berkejaran. "Huft..." Capek sekali jalan dari pemukiman
kumuhku yang mungkin berjarak sekitar 2 km dari sini dengan kaki yang cuma
sebelah.
Aku terduduk didekat sebuah toko
yang sangaaaaat besar. Besar sekali toko ini, apa mungkin ini yang disebut
mall? Pikiranku mulai menganalisa. Karena penasaran akhirnya aku pun memutuskan
untuk masuk ke toko besar itu.Wow!
Gumamku saat melihat isi dalamnya, banyak benda-benda dijual disana. Banyak
sekali. Aku berjalan mendekati sebuah toko yang menjual aksesoris serba SNOOPY,
atau boneka anjing kecil yang menurut selembaran majalah yang kutemukan itu
adalah barang kesukaan cocoh.
Dengan sedikit kesusahan aku
berjalan memasuki toko itu. Banyak snoopy dimana-mana. Aku tercengang sungguh
sangat tercengang. Biasanya aku melihat tumpukan sampah dimana-mana dan ini?
Aku bisa melihat yang lain yang lebih bersih dan lebih indah. Aku berjalan
kesana-kemari untuk mencari sesuatu yang cocok untuk aku jadikan kado untuk
cocoh. Dan....
Ini dia aku menemukannya. Sebuah
kalung yang lumayan panjang dengan bandulnya yang bergambar Snoopy dengan warna
sedikit emas dan ukurannya yang lumayan besar.
Aku segera mengayunkan tangan
kananku ke benda itu. Tapi.....
Ada orang yang mengambilnya. Aku
sontak langsung menoleh kearah orang itu. Saat aku lihat ternyata dia bukan
orang tapi bocah sepertiku juga. Dia gadis manis juga sepertiku, mungkin sia
seumuran denganku tapi dandanannya terlihat lebih rapi dan cantik daripada aku.
Pasti dia anak orang kaya.
"Kamu mau kalung ini?"
tanya gadis itu kepadaku. Aku pun mengangguk dengan polosnya. Gadis itu
menyerahkan kalun itu kepadaku karna sebenarnya dia tadi tidak ingin membeli
kalung itu.
Gadis kecil bernama Caqiisha itu
ternyata seumuran dengan aku. Tapi ternyat dia lebih tua beberapa bulan
daripada aku, terbukti saat dia menceritakan ke Aku mengenai pesta ulang
tahunnya yang ke10 yang dilaksanakan beberapa waktu lalu disalah satu hotel
berbintang di ibukota.
***
- 16 November 2012 -
Hari ini tepat ulang tahunku yang ke
10 tahun dan begitu juga ulang tahun cocoh yang beda 16 tahun denganku. "Kreekk
Ckreekkk...." decitan tongkat kayuku itu terdengar mengeluh berat. Huft~
Aku berjalan diantara kebisingang
jalan raya ibu kota. Aku benar-benar tak tau arah jika sudah seperti ini.
Tidaaaak !!! Kaki cacatku melangkah menyusuri gedung-gedung besar bertingkat
itu. Sesekali aku berhenti untuk mengelap keringat yang mengucur dari keningku
dan tak jarang sekiranya aku melirik tas kecilku yang berisi BINGKISAN KECIL
BUAT COCOH itu.
Lama dan Lama...
1
jam ...
2
jam ....
3
jam .....
Kakiku lelah, kali ini benar-benar
lelah. Tak ada lagi daya untuk melanjutkan langkahku.
Aku terduduk ditrotoar itu sambil
sesekali memijat lutut kakiku kanan yang lumayan capek.
"Aku harus berjalan kemana
lagi? Aku gatau..." gumamku mulai berputus asa.
"Aku ingin ketemu Cocoh.. Aku
ingin ngucapin Selamat Ulang Tahun langsung didepan Cocoh, tapi ini semua gak
mungkin" ucapku dengan sedikit terisak. Aku ini terlalu kecil untuk
menjalani ini semua sendirian. Aku hanya bisa menangis jika nasibku sudah
benar-benar berkata lain. Kini aku tidak tau lagi harus berjalan kemana menemui
siapa dan melakukan apa. Aku sudah capek, aku capek.
"Ya Allah, bantu Tata Ya
Allah... Bantu Tata..." ucapku lirih disela doaku di sore yang teduh ini.
"Huft~ sudah sore.. Pasti nanti kakek nyariin Tata..
Tata harus pulang sekarang" Aku bangkit dari dudukku dan berjalan kearah
pemukiman kumuh tempat tinggalku.
Dengan sedikit tergesa aku
melangkah. Harapan aku selama ini sudah pupus sampai disini. Aku meyakini kalau
sampai kapanpun pasti aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan sosok
pahlawanku itu. Aku tidak mungkin bisa bertemu dengan Cocoh.
Aku berjalan pelan menyusuri
zebra-cross yang ada di sekitar lampu merah ini.
Entah kurang hati-hati atau nasibku
yang terlanjur sial, tiba-tiba sebuah mobil mewah hampir saja menabrak tubuh
kecilku yang lemah. Aku sempat tersungkur karena sisi depan mobil itu memang
benar-benar menabrakku.
"Sakit.." rintihku sambil
memegangi kaki kananku yang berdarah karena terbentur sisi jalan. Rasanya aku
benar-benar sial hari ini. Ya Allah Bantu Aku...' doaku selalu. Seorang pemuda
terlihat keluar dari mobilnya dengan tergesa. Mungkin dia takut bahwa akan
semakin banyak orang yang melihatku Dia akan masuk penjara.
"Adek Gak papa kan?" tanya
pemuda itu sambil berjongkok didepanku. Aku pun menoleh kearah wajah pemuda
itu.
"Cocoh?" ucapku lirih saat
menyadari bahwa wajah orang yang menabrakku sekaligus menolongku itu adalah
persis dengan foto yang aku lihat pada selembaran halaman majalah remaja yang
sampai saat ini masih aku simpan.
Dengan tangan sedikit bergetar aku
meraih tas kecilku kemudian mengambil bingkisan kotak yang telah aku sediakan
khusus untuk Cocoh, kemudian menyerahkannya.
"Selamat Ulang Tahun Cocoh..." ucapku dengan suara yang sedikit bergetar. Pemuda berparas
chinese itu menerima bingkisan dariku lalu mengangkatku kedalam mobilnya untuk
membawaku menuju rumah sakit.
***
Aku sekarang berada bersama Cocoh.
Luka dilutut kaki kananku sudah diobati oleh pak dokter suruhan Cocoh. Entah
ini tempat apa yang pasti ini bukan rumah sakit.
"Adek kecil.. Nama kamu
siapa?" tanya Cocoh dengan manisnya. Sungguh sangat manis wajah maupun
senyumannya.
"Ta...ta Coh.." ucapku
dengan sedikit terbata. Aku bahagia saat ini seperti sedang berada didalam
buaian malam. Apa mungkin aku bermimpi? Semoga saja tidak.
"Oh Tata.. :)" jawab Cocoh
singkat.
Dengan penuh keberanian aku pun
membuka mulut kecilku lagi.
"Cocoh.. Selamat Ulang Tahun
yaa...Kado kecil dari aku semoga Cocoh suka" ucapku sambil melirik kotak
kecil milikku yang telah kuserahkan ke Cocoh tadi.
"Sama-sama sayang..."
Cocoh mengelus rambutku. Cocoh membuka kotak itu. Terlihat raut wajah cocoh
menampakkan kebahagiaan. Cocoh terlihat mengambil kalung itu lantas
memakaikannya di leher putihnya itu. Setelah memakai kalung pemberianku, Cocoh
lalu meraih secarik kertas yang ada didalamnya. Kertas yang berisi ucapan dan
curahan hatiku untuk Cocoh. Segurat senyum tersimpul dari bibir tipis cocoh.
Cocoh lantas menutupnya dan kemudian kembali menghadap kearahku.
"Makasih ya Tata sayang.. Selamat
Ulang Tahun juga.. Semoga Tata jadi anak yang baik, pintar, sholehah dan selalu
nurut kata orang tua. Muach~ Cocoh sayang Tata" ucap Cocoh sambil
memelukku erat.
Aku sangat bahagia. Sangat sangat
bahagia. Aku tak menyangka bahwa ini semua terjadi padaku. Seorang gadis kecil
cacat yang tinggalnya di pemukiman kumuh yang jauh dari kata layak, ternyata
bisa kesampaian untuk mengucapkan kalimat yang lama aku dambakan langsung
didepan orangnya langsung. Dan, mulai saat ini aku yakin.
Aku gak akan nangis dan mengeluh
lagi. Aku mempunyai 2 orang pahlawan yang siap mendukungku dan membawaku
terbang sekarang. Mereka adalah Kakek dan Cocoh.
Aku senang karena KEKURANGANku
bukanlah suatu PENGHALANG untukku.
-END-