Rabu, 27 April 2016

"Bingkisan Kecil Buat Cocoh"


"Bingkisan Kecil Buat Cocoh" #HBDRafaelSMASH


Author : Arisa Kanagaki
Genre : Sad (semoga)
Cast : Rafael Tan & Tata
-Cerpen Motivasi-

[maaf typo(s) bertebaran dimana-mana]
  
***

Suara kokokan ayam jago depan rumahku itu mulai mengusik tidurku yang sangat nyenyak. Dengan mata yang masih menyipit Aku mulai terbangun dan beranjak dari posisi tidurku untuk membuka gorden tipis yang menutupi jendela kamarku yang hanya berukuran 1x1 m itu. Dengan sedikit susah payah aku melangkah. 

"Hoaammm.. Cerah sekali pagi ini, huff segar..." ucapku saat kedua tanganku membuka katup jendela yang sedari kemarin tertutup. Terlihat olehku pemandangan yang biasa aku lihat....tumpukan sampah. Hanya itulah yang setiap hari aku lihat, tak berubah sedikitpun.
  
Setelah membuka jendela aku pun mengayunkan tongkatku pelan menuju ruangan depan rumahku yang sempit ini. Setelah berjalan dengan payahnya kini Aku sampai juga, Aku lihat seorang pria berusia lanjut itu sedang terlelap dari tidurnya, nyenyak sekali sepertinya.

"Kakek.." lirihku. Aku duduk disampingnya sambil memegang pundaknya pelan. Kakek pun terbangun dari tidurnya, matanya menyapu untuk melihat keberadaanku.

"Tata.. Kamu disini Nak" ucap kakek dengan suaranya yang masih serak karena baru saja bangun. Kakek meraba setiap lekuk wajahku.

"Iya kek Tata disini, kakek pasti capek ya? Tata beli makan dulu ya kek" ucapku sambil melepaskan tangan kakek dari kedua pipiku. Aku berniat untuk pergi mencari makan, namun kakek menahan tanganku agar tidak pergi. Kakek berusaha berdiri dengan sedikit meraba tembok gubuk rumah kami yang terbuat dari papan itu. Kakek memang tidak buta tapi menurut Pak Mantri, Kakek mengalami kesulitan dalam penglihatan karna beberapa tahun yang lalu kakek menyelamatkan Aku, seorang bocah kecil cacat dari kebakaran yang terjadi di suatu pom bensin, dan karena itulah Kakek menjadi buta seperti sekarang yang meskipun masih bisa melihat sedikit tapi kakek sudah tua, Aku sangat kasihan terhadapnya yang selalu berusaha menyenangkanku walaupun aku bukan cucu kandungnya. 

"Ada apa Kek?" tanyaku lembut. Kakek merogoh saku celana kanannya, tangan keriputnya menyodorkan beberapa lembar kucel yang sepertinya itu uang.

"Ini ada uang Ta, semalem Alhamdulilah kakek dapat uang lebih banyak.. Ini.. Kamu ambil buat beli makan kita berdua ya" ucap kakek sambil menyodorkan uang itu ke aku.
"Gak usah kek.. Uangnya kakek simpen aja, Tata masih punya uang kok, uang sisa kemarin masih ada.
Sekarang kakek masuk aja ya biar Tata yang beli" ucapku sambil meraih tangan kakek dan mencium punggung tangannya.

"Tata pergi kek.. Assalamualaikum" pamitku ke Kakek.

"Walaikumsalam.. Hati-hati Nak" pesan beliau.

Aku langsung melangkah sebelah kakiku meninggalkan pemukiman kumuh tempat tinggalku ini. Sudah hampir 10 tahun kiranya aku tinggal ditempat ini. Bersama kakek? Ya. Karena sejak kecil Aku hanya kenal kakek, Aku tak tau Ayah dan Ibuku...Kakek bilang meskipun kakek menemukanku di pom bensin tapi kakek yakin kalau Aku pasti punya orang tua. Kenapa kakek bicara seperti itu? Ya mungkin kakek ingin membesarkan hatiku.

Kakiku?
Kakiku cacat. Sebelah kiri kakiku berukuran lebih kecil dari ukuran normal sehingga menyebabkan aku tidak bisa berjalan normal seperti orang lain. Ya mungkin karena alasan itulah kedua orang tuaku membuangku di pom bensin dan kemudian karena iba kakek menemukanku dan membawaku pulang.

***

Panas ibu kota semakin terik aku rasakan. Kakiku yang cuma sebelah ini rasanya sangat lelah, ingin rasanya aku berhenti sejenak namun aku tidak bisa. Kakek dirumah pasti sedang khawatir menunggu kepulanganku, tapi jikalau seperti ini aku tidak mungkin pulang.
Aku belum mendapatkan uang sepeserpun jadi darimana aku membeli makan untuk aku dan kakek.

Kaki-kaki rapuhku dan kedua tongkat kayuku ini akhirnya berhenti disebuah lapak koran kecil yang ada di pinggir lampu merah.
Aku berhenti, mencoba menata nafas sejenak lalu menghampiri agen koran yang ada disitu.

"Assalamualaikum Pak..
Bolehkah saya bekerja disini?" ucapku langsung kepada inti permasalahan. Aku yang masih kecil ini tak suka berbelit-belit apalagi ini semua menyangkut urusan perut.

"Tapi dek..." ucap bapak bertubuh putih gempal itu ragu. Matanya terlihat melirik kakiku yang cacat.

"Bapak ragu?
Saya janji pak saya akan bekerja dengan benar dan tidak akan mengecewakan bapak" ucapku penuh keyakinan. Bapak itu mulai tersenyum.

"Saya percaya sama kamu.. Kamu anak yang jujur. Ini korannya, hati-hati ya dijalan sana sedang ramai lalu lintas.. Kalau sudah habis cepat kembali kesini" pesan bapak itu. Sungguh bapak yang sangat baik hati.

"Baik pak..
Kalau begitu saya permisi" ucapku sambil berlalu dari hadapan bapak itu.

***

"Koran Koraaannn... Pak korannya Pak.." tawarku kepada pengemudi sebuah mobil Avanza berwarna silver itu.

"Berapa harganya?" tanya seorang bapak dengan pakaiannya yang rapi. Mungkin bapak itu adalah salah satu pegawai di kantor-kantor besar itu.

"Rp. 2500 saja pak.." ucapku dengan memasang senyumku yang kakek bilang sangat manis. Bapak itu membeli satu koranku. Alhamdulilah meskipun masih laku satu tapi ini sudah alhamdulilah daripada tidak sama sekali.

***

Siang semakin terik. Rasanya matahari sangat dekat dengan posisi kepalaku. Panas sekali hari ini. Dengan langkah pasti aku mengayunkan tongkat-tongkat kayuku dengan tangan kecilku. Semoga kakek tidak marah karena aku telat datang membawa makanan untuknya. Bismilah.
  
"Kakek.. Kakek.. Tata pulang kek.." teriakku tak begitu keras. Seorang pria tua terlihat tengah berjalan kearahku dengan sedikit meraba tembok.

"Tata.. Kamu dari mana saja? Kakek khawatir sama kamu Nak" ucap kakek sambil masih terus berusaha mendekat kearahku.

"Maafin Tata ya kek.. Tadi Tata ketemu temen trus Tata main deh, maafin Tata ya Kek" dustaku. Aku tak ingin kakek tau kalau aku bekerja. Kakek pasti memarahiku.

"Yasudahlah yang pasti sekarang kamu sudah pulang" ucap kakek dengan diiringi seuntai senyuman. Aku lega mendengar pernyataan kakek. 

***

Aku Tata..
Aku tinggal di pemukiman kumuh dekat jembatan besar dekat ibu kota. Dirumah kecil dan sempit aku tinggal berdua dengan kakek, kakek angkatku tepatnya. Kakek sangat menyayangiku melebihi dirinya sendiri. Aku tak tau jelas kenapa tapi aku juga bahagia karena aku masih bisa merasakan perhatian dan kasih sayang dari kakek.
Aku tergolong masih anak-anak. Usiaku masih 9 tahun dan beberapa bulan lagi umurku tepat 10 tahun. Dan karena itulah kakek melarangku bekerja, dengan alasan aku masih kecil. Tanpa kakek ketahui, Aku keluar rumah dan bekerja. Terkadang aku berjualan koran atau majalah. Terkadang aku menjual asongan dan sebagainya. Uang yang aku dapatkan itu selalu aku sisihkan sebagian untuk aku tabung. Kuselipkan setiap receh yang aku dapat dari hasil peluhku satu siang. Aku berharap supaya aku bisa sekolah seperti anak-anak sebayaku, ya meskipun itu tidak mungkin. 

'BLEP'

Selembar halaman majalah terkenal tiba-tiba mendarat dimukaku. Sepertinya ada angin yang sengaja mengantarkan potongan halaman majalah ini kepadaku.

 WOW! Seruku. Apa ini yang aku lihat? Ini halaman sebuah majalah remaja yang isinya bertuliskan aneka biodata artis terkenal.

"Wow SMASH !!" pekikku. Aku benar-benar tak percaya melihat ini. Aku senang? Ya. Aku sangat senang karena sudah sejak lama aku ingin sekali tau biodata tentang boyband terkenal ini, biodata artis kesukaanku.

Kulihat satu-persatu foto yang tertera di halaman itu. Ku eja pelan nama-namanya, meskipun sulit dan memerlukan waktu lama akhirnya Aku berhasil. Tak sia-sia kakek mengajariku membaca :)


" eR a RA eF a FA E eL ... Rr RA RAF RAFAEL" eja ku pelan.

Yeye akhirnya aku tau namanya. Teriakku dalam hati kegirangan. Lalu aku pun kembali fokus kepada kertas itu. "Kakaknya ganteng deh, kayaknya yang paling baik nih daripada yang lain.. Hehe keliatan dari mukanya" gumamku kecil sambil diiringi tawa kecilku yang khas.

"Ah liat lagi ah.. Liat tanggal lahirnya aja, hehe" ucapku lagi. Dasar aku gadis kecil yang aneh, Aku pun merasa melupakan kehidupanku semula dan seakan memiliki semangat baru saat aku melihat foto kakak Rafael itu.


- 16 November 1986 -


"Wow tanggal lahirnya sama kayak aku, tapi tahunnya kok beda ya.. Tanggal lahirku 16 November 2002" gumamku bingung.

Aku ini memang gadis kecil yang sangat ingin tahu. Kata kakek aku ini pintar tapi sayang kakek selalu sedih kalau membicarakan hal ini. Kakek selalu menangis dan meminta maaf. Aku sedih bila melihat kakek seperti itu.Aku semakin asyik membaca selebaran yang tidak sengaja aku dapatkan itu. Aku semakin antusias membaca fakta-fakta tentang kak Rafael yang ada diselembaran kucel itu. Sampai-sampai selembaran itu aku bawa pulang agar bisa aku baca dirumah.


***

1 minggu berlalu semenjak aku menemukan selembar halaman majalah remaja itu.. Rasanya sekarang aku lebih bersemangat menjalani kehidupanku yang semula aku rasakan sangat pedih. Dengan hanya melihat foto kak Rafael saja aku sangat tenang dan senang. Setiap hari.. Aku bekerja dengan semangat, Alhamdulilah juga aku sudah bekerja tetap sebagai loper koran di lapak kecil milik bapak yang dulu pernah menolongku. Aku bahagia, Sangat bahagia. Tak lupa juga setiap hari kupanjatkan doa disetiap sujudku untuk kesehatanku, kesehatan kakek dan tak lupa juga untuk kesehatan kak Rafael. Meskipun aku sama sekali belum pernah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri tapi aku bahagia bila melihat fotonya meskipun itu sudah sangat kucel dan lecek.

Lewat selembaran kucel itu aku serasa menemukan sesuatu yang lain. Sesuatu yang memberikan energi positif tersendiri untuk jiwa kecilku yang mulai rapuh.
Satu persatu aku mengetahui hal-hal kesukaan kak Rafael. Aku juga tau nama panggilannya. COCOH. Panggilan yang lucu dan menggemaskan menurutku.

***

3 hari lagi ultahku yang ke 10 juga ultah Cocoh yang sudah kuhitung-hitung berkali-kali kira-kira yang ke 26 tahun.

Aku, dihari jadiku yang ke 10 ini ingin sekali aku bertemu sosok Cocoh. Aku tau cocoh pasti juga ingin bertemu aku. Aku tau pasti cocoh itu orang yang baik dan ramah. Aku tau cocoh pasti senang bila aku bisa mengucapkan selamat ulang tahun langsung didepannya, secara aku kan gadis kecil yang manis kata kakek.

"Aku mau beliin kado buat cocoh ah.." gumamku lirih sambil duduk bersila didepan sebuah celengan berbentuk ayam yang terbuat dari tanah liat. Itu adalah celenganku yang dibelikan kakek sewaktu kakek jalan ke pasar minggu beberapa saat yang lalu. Mungkin isinya sudah banyak, karena sudah hampir setahun ini aku mengisinya dengan uang-uang receh hasil perasan keringatku.

"PRANGGG..." Celengan itu pecah menjadi berkeping-keping. Potongan-potongannya berceceran kemana-mana. Uang-uang recehku terlihat sangat banyak. Aku senang.

            "Seribu..DuaRibu....TigaRibu... Aduh berapa sih ni pusing aku, uangnya kok banyak banget" ucapku dengan rasa sedikit dongkol. "Gatau deh yang pasti bawa aja.. Gak tau ntar dapet apa" ucapku lalu memasukkan uang-uang itu kedalam tas kecilku yang terbuat dari kain.

Aku berjalan keluar rumah. Cuaca yang tidak begitu panas cukup mendukungku untuk berjalan ke toko-toko dipinggir jalan besar sana. Kebetulan kakek belum pulang, mungkin kakek sedang bekerja.


***
Aku menyusuri trotoar yang ada disisi jalan ditengah ibukota ini. Aku melihat keramaian dan kebisingan disini. Rasanya tempat ini sangat sibuk sampai-sampai banyak kendaraan disana yang saling berkejaran. "Huft..." Capek sekali jalan dari pemukiman kumuhku yang mungkin berjarak sekitar 2 km dari sini dengan kaki yang cuma sebelah.

Aku terduduk didekat sebuah toko yang sangaaaaat besar. Besar sekali toko ini, apa mungkin ini yang disebut mall? Pikiranku mulai menganalisa. Karena penasaran akhirnya aku pun memutuskan untuk masuk ke toko besar itu.Wow! Gumamku saat melihat isi dalamnya, banyak benda-benda dijual disana. Banyak sekali. Aku berjalan mendekati sebuah toko yang menjual aksesoris serba SNOOPY, atau boneka anjing kecil yang menurut selembaran majalah yang kutemukan itu adalah barang kesukaan cocoh.

Dengan sedikit kesusahan aku berjalan memasuki toko itu. Banyak snoopy dimana-mana. Aku tercengang sungguh sangat tercengang. Biasanya aku melihat tumpukan sampah dimana-mana dan ini? Aku bisa melihat yang lain yang lebih bersih dan lebih indah. Aku berjalan kesana-kemari untuk mencari sesuatu yang cocok untuk aku jadikan kado untuk cocoh. Dan....
Ini dia aku menemukannya. Sebuah kalung yang lumayan panjang dengan bandulnya yang bergambar Snoopy dengan warna sedikit emas dan ukurannya yang lumayan besar.
Aku segera mengayunkan tangan kananku ke benda itu. Tapi.....

Ada orang yang mengambilnya. Aku sontak langsung menoleh kearah orang itu. Saat aku lihat ternyata dia bukan orang tapi bocah sepertiku juga. Dia gadis manis juga sepertiku, mungkin sia seumuran denganku tapi dandanannya terlihat lebih rapi dan cantik daripada aku. Pasti dia anak orang kaya.

"Kamu mau kalung ini?" tanya gadis itu kepadaku. Aku pun mengangguk dengan polosnya. Gadis itu menyerahkan kalun itu kepadaku karna sebenarnya dia tadi tidak ingin membeli kalung itu.

Gadis kecil bernama Caqiisha itu ternyata seumuran dengan aku. Tapi ternyat dia lebih tua beberapa bulan daripada aku, terbukti saat dia menceritakan ke Aku mengenai pesta ulang tahunnya yang ke10 yang dilaksanakan beberapa waktu lalu disalah satu hotel berbintang di ibukota.

***

- 16 November 2012 -

Hari ini tepat ulang tahunku yang ke 10 tahun dan begitu juga ulang tahun cocoh yang beda 16 tahun denganku. "Kreekk Ckreekkk...." decitan tongkat kayuku itu terdengar mengeluh berat. Huft~

Aku berjalan diantara kebisingang jalan raya ibu kota. Aku benar-benar tak tau arah jika sudah seperti ini. Tidaaaak !!! Kaki cacatku melangkah menyusuri gedung-gedung besar bertingkat itu. Sesekali aku berhenti untuk mengelap keringat yang mengucur dari keningku dan tak jarang sekiranya aku melirik tas kecilku yang berisi BINGKISAN KECIL BUAT COCOH itu.


Lama dan Lama...
1 jam ...
2 jam ....
3 jam .....
Kakiku lelah, kali ini benar-benar lelah. Tak ada lagi daya untuk melanjutkan langkahku.
Aku terduduk ditrotoar itu sambil sesekali memijat lutut kakiku kanan yang lumayan capek.

"Aku harus berjalan kemana lagi? Aku gatau..." gumamku mulai berputus asa.

"Aku ingin ketemu Cocoh.. Aku ingin ngucapin Selamat Ulang Tahun langsung didepan Cocoh, tapi ini semua gak mungkin" ucapku dengan sedikit terisak. Aku ini terlalu kecil untuk menjalani ini semua sendirian. Aku hanya bisa menangis jika nasibku sudah benar-benar berkata lain. Kini aku tidak tau lagi harus berjalan kemana menemui siapa dan melakukan apa. Aku sudah capek, aku capek.

"Ya Allah, bantu Tata Ya Allah... Bantu Tata..." ucapku lirih disela doaku di sore yang teduh ini.

            "Huft~ sudah sore.. Pasti nanti kakek nyariin Tata.. Tata harus pulang sekarang" Aku bangkit dari dudukku dan berjalan kearah pemukiman kumuh tempat tinggalku.

Dengan sedikit tergesa aku melangkah. Harapan aku selama ini sudah pupus sampai disini. Aku meyakini kalau sampai kapanpun pasti aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan sosok pahlawanku itu. Aku tidak mungkin bisa bertemu dengan Cocoh.

Aku berjalan pelan menyusuri zebra-cross yang ada di sekitar lampu merah ini.
Entah kurang hati-hati atau nasibku yang terlanjur sial, tiba-tiba sebuah mobil mewah hampir saja menabrak tubuh kecilku yang lemah. Aku sempat tersungkur karena sisi depan mobil itu memang benar-benar menabrakku.

"Sakit.." rintihku sambil memegangi kaki kananku yang berdarah karena terbentur sisi jalan. Rasanya aku benar-benar sial hari ini. Ya Allah Bantu Aku...' doaku selalu. Seorang pemuda terlihat keluar dari mobilnya dengan tergesa. Mungkin dia takut bahwa akan semakin banyak orang yang melihatku Dia akan masuk penjara.

"Adek Gak papa kan?" tanya pemuda itu sambil berjongkok didepanku. Aku pun menoleh kearah wajah pemuda itu.

"Cocoh?" ucapku lirih saat menyadari bahwa wajah orang yang menabrakku sekaligus menolongku itu adalah persis dengan foto yang aku lihat pada selembaran halaman majalah remaja yang sampai saat ini masih aku simpan.


Dengan tangan sedikit bergetar aku meraih tas kecilku kemudian mengambil bingkisan kotak yang telah aku sediakan khusus untuk Cocoh, kemudian menyerahkannya.
  
"Selamat Ulang Tahun Cocoh..." ucapku dengan suara yang sedikit bergetar. Pemuda berparas chinese itu menerima bingkisan dariku lalu mengangkatku kedalam mobilnya untuk membawaku menuju rumah sakit.

***

Aku sekarang berada bersama Cocoh. Luka dilutut kaki kananku sudah diobati oleh pak dokter suruhan Cocoh. Entah ini tempat apa yang pasti ini bukan rumah sakit.

"Adek kecil.. Nama kamu siapa?" tanya Cocoh dengan manisnya. Sungguh sangat manis wajah maupun senyumannya.

"Ta...ta Coh.." ucapku dengan sedikit terbata. Aku bahagia saat ini seperti sedang berada didalam buaian malam. Apa mungkin aku bermimpi? Semoga saja tidak.

"Oh Tata.. :)" jawab Cocoh singkat.

Dengan penuh keberanian aku pun membuka mulut kecilku lagi.


"Cocoh.. Selamat Ulang Tahun yaa...Kado kecil dari aku semoga Cocoh suka" ucapku sambil melirik kotak kecil milikku yang telah kuserahkan ke Cocoh tadi.

"Sama-sama sayang..." Cocoh mengelus rambutku. Cocoh membuka kotak itu. Terlihat raut wajah cocoh menampakkan kebahagiaan. Cocoh terlihat mengambil kalung itu lantas memakaikannya di leher putihnya itu. Setelah memakai kalung pemberianku, Cocoh lalu meraih secarik kertas yang ada didalamnya. Kertas yang berisi ucapan dan curahan hatiku untuk Cocoh. Segurat senyum tersimpul dari bibir tipis cocoh. Cocoh lantas menutupnya dan kemudian kembali menghadap kearahku.
  
"Makasih ya Tata sayang.. Selamat Ulang Tahun juga.. Semoga Tata jadi anak yang baik, pintar, sholehah dan selalu nurut kata orang tua. Muach~ Cocoh sayang Tata" ucap Cocoh sambil memelukku erat.

Aku sangat bahagia. Sangat sangat bahagia. Aku tak menyangka bahwa ini semua terjadi padaku. Seorang gadis kecil cacat yang tinggalnya di pemukiman kumuh yang jauh dari kata layak, ternyata bisa kesampaian untuk mengucapkan kalimat yang lama aku dambakan langsung didepan orangnya langsung. Dan, mulai saat ini aku yakin.
Aku gak akan nangis dan mengeluh lagi. Aku mempunyai 2 orang pahlawan yang siap mendukungku dan membawaku terbang sekarang. Mereka adalah Kakek dan Cocoh.
Aku senang karena KEKURANGANku bukanlah suatu PENGHALANG untukku.
-END-

Untuk Bian Pratama...

Hai Bian, Ingin sekali aku menyapamu seperti itu lagi,
Sejak hari itu, aku bahkan lupa cara menatapmu dengan benar..
Aku lupa cara menyapamu dengan benar..
Bahkan tanpa kusadari, semuanya menjadi berbeda sejak hari itu..
Sejak hari itu, sejak rasa ini ada..
Aku merasa aku berubah, Aku kehilangan siapa aku yang sebenarnya..
Dan Aku kehilangan kamu yang membuatku jatuh cinta seperti ini..
Mungkin aku berubah karna persepsi yang kubangun tentangmu Bi, tentangmu dan tentangmu..
Kadang aku rindu memanggil namamu dengan lengkap seraya bersorak segembira dulu,
Bahkan aku rindu, melewati setiap detik kita bersama dengan tidak ada canggung seperti ini..
Apakah aku salah karna mencintaimu Bi?
Apakah aku harus membuang dan membakar rasa ini jauh-jauh?
Bian, katakan padaku caranya. Sejak saat itu, sejak kamu berubah bahkan aku merasa aku melupakan banyak cara hanya karna terbawa pikiranku tentang kamu.
Bahkan aku tidak pernah memperlihatkan jika Aku mencintaimu, tapi kau sudah menjauh..
Aku berusaha mencintaimu dalam diamku Bi,
Berusaha untuk tidak terlihat care meskipun sejatinya hanya kamu yang ada difikiranku..
Berusaha mengajakmu tertawa dengan guyonan bodoh, meskipun tanpa kamu tau itu adalah caraku untuk bisa terus melihat tawamu, tawa yang selalu menari di pelupuk mataku..
Kadang, setiap detik di setiap celah yang pernah kita lalui berdua, mengundang rasa hangat dipelupuk mataku, Aku merindukanmu Bi..
Kadang, rasa khawatir tentangmu serta merta datang bak hujan badai, Aku tidak bisa menghalaunya, tapi Aku merasakannya sangat penat..
Namun ketika detik itu datang, ketika aku harus dihadapkan kepada kamu yang berusaha bersikap dingin ketika bertemu denganku, hal itu membuatku semakin sakit..
Jika aku boleh protes Bi,
Jangan kamu bertindak sehangat itu dulu, Aku ini hanya wanita biasa, Aku tidak akan luput dari kenyamanan yang diberikan lelaki..
Aku tidak akan bisa mengelak ketika aku merasakan pundakku nyaman karna kehangatan darimu,
Jujur, dulu aku tidak meresponmu.. karna Aku tau, kamu terlalu sempurna untuk menjadi khayalanku..
Kamu terlalu diidamkan wanita-wanita hebat lebih dariku diluaran sana, Aku tau..
Tapi kenapa, kenapa nyamanmu selebih itu.
Aku tidak bisa mengelak, bahkan ketika sekarang kamu telah menyulap dirimu menjadi sedingin balok es, bahkan aku hanya bisa membeku dengan sisa kehangatan yang dulu kamu berikan..
Bian, bisakah kau katakan padaku bila rasa ini salah? Bisakah kau lakukan itu padaku?
Aku lelah Bi, aku hanya ingin menyerah kalau aku bisa..
Aku tidak tahu apa yang Tuhan gariskan diatas sana, aku buta akan semua itu..
Hanya saja, bolehkah menjadi kamu yang dulu? Bolehkah?
Apakah aku salah jika aku memedam rasa ini? Mengagumimu dari jarak jauh seperti ini bahkan kamu merasakannya dan hatimu menjadi sedingin itu.
Lewat surat ini, aku hanya ingin minta maaf jika perasaanku membuatmu tidak nyaman. Meskipun aku tidak pernah berusaha memperlihatkannya ketika dihadapanmu,
Aku mohon, Maafkan aku..
Aku harap kau tidak melupakan aku sebagai sahabatmu,
Terima kasih atas semuanya Bi,
Bian Pratama.



Renia Astari, sahabatmu.