Kamis, 07 Februari 2013

¤ Bintang kehangatan ¤

¤ Bintang kehangatan ¤ {} Cerpen special ##22ndyoungNinot {}
Title : Bintang kehangatan {}
Main Cast : Pramudina Afrawati Narundana
Genre : Hopely
Author : Arisa Kanagaki
Like !!
Sudah baca, WAJIB KOMENTAR !!
 -Cerpen Motivasi-
------------------------------------------------------
Semua orang hidup dari sebuah angka yang tak ternilai, hidup ini merupakan sebuah perjalanan dimana kita bisa menambah poin kehidupan kita agar ternilai..
Dari nol menjadi sesuatu dan kembali menuju nilai nol lagi..
------------------------------------------------------
'Orang bilang TAK ADA YANG TAK MUNGKIN DI DUNIA INI. Orang-orang juga bilang kalau KEHIDUPAN ITU LAYAKNYA SEBUAH RODA. Roda? Apakah benar hidup ini berbentuk layaknya sebuah roda? Apakah kehidupan ini juga mempunyai jeruji-jeruji yang menguatkan layaknya roda-roda kecil yang biasa aku lihat? Em.. Jika semua itu benar adanya, aku ingin sekali menjadi seorang yang bisa mengikuti setiap alur roda itu berputar.
Aku dilahirkan untuk bermanfaat, aku tak akan bermanfaat jika aku diam.
Aku...
Inilah aku !
Yeah, this is me PRAMUDINA !'
Tangan putih dengan jemari lentik nan lembut itu berhasil menyelesaikan eksekusinya entah untuk yang beberapa hari ini dilakukannya. Sebuah tulisan rapih yang cukup memenuhi sebuah halaman kertas blind diary kehidupan seorang gadis itu terlihat benar-benar bermakna. Setiap kata yang ditulisnya dalam agenda kehidupan miliknya itu memang sangat bermakna, terlebih untuk dirinya sendiri.
Setelah selesai dengan tulisannya, gadis cantik berwajah seni asli Indonesia itu kini beralih dan menyimpan berkas kehidupan miliknya itu. Pramudina. Nama yang terpampang diakhir tulisan itu tadi memang namanya, nama yang indah yang mungkin mengandung makna yang lebih dalam daripada sebuah samudra. PRAMUDINA AFRAWATI NARUNDANA. Cantik. Indah. Memang nama yang sangat indah, namun tak setiap orang mengetahui arti 3 kata itu tadi, mungkin hanya dirinya dan kedua orang tuanya yang tau makna hiasan indah itu dipakaikan kepadanya.
*
Hari ini seperti hari-hari biasanya. Dina, nama panggilan untuk gadis yang mempunyai hobi membuat coretan hidup itu, Dina sering sekali bahkan hampir setiap hari melakukan setiap aktifitas yang bisa dikatakan aneh dan sangat berbeda dari hari ke hari.
Beberapa hari yang lalu, Dina mengunjungi Bantargebang. Suatu tempat terpojok di ibukota yang diketahui sebagai tempat yang sangat menjijikkan. Disana, di antara bau-bau yang menyengat, diantara lalat-lalat hijau yang beterbangan menyapa kecantikannya, diantara gunungan warna-warni berlumpur itu, Dina menyisihkan sebagian waktu yang senyumnya disana. Dina benar-benar nekat, bahkan hampir setiap detik dirinya melakukan kenekatan. Di Bantargebang, Dina membantu seorang nenek tua yang setiap hari bekerja sebagai pencari paku bekas. Entahlah untuk apa nenek tua yang benar-benar renta itu melakukan hal itu, mencari 1 paku bekas diantara banyaknya tumpukan sampah berbau busuk yang kemungkinan mendapatkan hasil adalah 1 dibanding 1 juta, tapi yang pasti disitulah Dina mendapatkan satu energi positif yang akan ditanamkannya dalam dirinya juga digoreskannya di buku ampuh cerita kehidupan miliknya.
Hari ini bukan lagi Bantargebang yang didatangi Dina. Dengan sebuah baju camping dan celana jins berwarna abu selutut juga sebuah topi yang lumayan besar, Dina melangkahkan kakinya yang beralaskan sendal swallow hijau itu menyusuri setiap lekuk jalanan ibukota yang siang itu sudah sangat terbakar.
Gadis belia, seorang mahasiswi di salah satu PTN terbaik se Indonesia ini memang terkenal dengan jiwa sosialnya yang tinggi. Tak hanya omong kosong seperti yang biasa terdengar dan digembor-gemborkan di layar besar itu namun ini benar sangat benar. Dina langsung turun ke lapangan, turun ke jalan bahkan turun ke pinggiran Sungai Ciliwung untuk mencerminkan berjuta kilauan senyuman yang tersembunyi di balik kemelutnya kehidupan.
"Teteh.." teriak seseorang dari arah 90 derajat dari tempatnya berdiri. Dina yang sedang berdiri disebuah lapak yang nampaknya adalah warung kecil itu pun menoleh lalu tersenyum. Terlihat oleh indera penglihatan Dina, seorang gadis kecil berusia kira-kira 6 tahun berlari kearahnya dengan sebuah kotak besar dengan tali yang diserempangkan ketubuh kecilnya. Dina tersenyum lalu beranjak menuju gadis cantik yang berlari kearahnya itu.
"Halo caca.." sapa Dina dengan menekuk lututnya menyamkan tingginya dengan gadis berusia 6 tahun itu.
"Halo teteh cantik.." balas gadis manis itu dengan disertai satu kecupan di pipi kanan Dina.
"Teteh... Teteh beneran kan mau nemenin Caca nyemir sepatu hari ini? Soalnya ibu lagi sakit teh, tadi pagi ibu muntah darah, Caca sedih, Caca mau cari uang untuk ibu.." ucap gadis kecil ini mengadu kepada Dina. Tatapan dan wajah yang selalu ceria itu tiba-tiba berubah sayu dan sedih, sedikit aliran sungai juga tergores diatas wajah putihnya yang lusuh itu. Mendengarkan kata-kata gadis kecil yang sangat pintar menurutnya, Dina ikut terharu. Mana mungkin dia bisa menjadi setegar Caca jika dirinya berada di posisi Caca sekarang. Caca ini anak keempat dari sebuah ibu yang biasanya berjualan koran di lampu merah ibukota. Ketiga kakaknya juga senasib sama dengan Caca. Kakak pertamanya yang sudah berumur 14 tahun bekerja sebagai buruh disalah satu proyek pembangunan mall yang ada di pinggir kota Jakarta, sedangkan kakak kedua dan ketiganya yang memang terlahir kembar, sekarang berusia 10 tahun bekerja sebagai pengamen juga sesekali bekerja sebagai penyemir sepatu. Caca? Sebenarnya gadis ini biasa dititipkan oleh ibunya dirumah tetangga karna masih kecil. Keluarga Caca yang memang bernasib sangat tragis karna kematian kepala keluarganya 4 tahun silam itu memang langsung drop bahkan sangat drop. Namun, Caca adalah gadis kecil yang pintar, kuat dan ceria, Dia selalu bisa menimbulkan tawa untuk Dina, dia yang selalu mengoceh ria bersama Dina yang kemudian bisa menimbulkan senyum diwajah Dina.
"Ibu Caca sakit?" tanya Dina sedikit berlinang. Gadis manis itu mengangguk lalu memeluk tubuh Dina yang berjongkok dihadapannya. Gadis kecil itu menangis sesenggukan. Air matanya membasahi baju tipis yang Dina gunakan, Dina mengelus punggung gadis kecil itu untuk sekedar menenangkannya, dia tau apa yang kini dirasakan gadis itu, tau sekali bahkan kini air matanya juga ikut berlinang.
"Cup cup cup.
Caca kok nangis sih? Caca kan sudah janji sama teteh kalau Caca gak bakal nangis lagi. Mana janjinya? Teteh gak kenal Caca yang ingkar janji. Udah ah~ Sekarang hapus air matanya, terus senyum.. Teteh mau lihat senyum cantiknya Caca" Dina mencoba menghibur Caca yang masih setia dalam dekapannya itu. Perlahan tangis Caca tak terdengar, dadanya yang menempel di tubuh Dina itu terasa sedang menata nafasnya. Perlahan Caca melepaskan dekapan Dina lalu menghapus air matanya. Dina tersenyum melihat Caca, 'gadis kecil ini memang kuat' gumam Dina dalam hati. Melihat Dina yang tersenyum kini Caca kembali tersenyum lagi bahkan senyumnya terlihat lebih segar dan ceria kali ini.
"Caca bukan anak yang suka ingkar janji teh..
Nih, Caca senyum, nih..." ujarnya dengan lucunya. Wajahnya yang sedikit oriental dan matanya yang sipit itu membuat Dina selalu gemas apabila Caca tersenyum karna mukanya sangat amat lucu.
*
'Kedamaian yang kita inginkan hanya ada bila hati kita bersama...'
Dina masih setia membantu Caca. Dina menuntun gadis kecil itu dengan memegang jemari imutnya, kotak semir sepatu milik Caca itu terselempang di bahu kanan Dina, sementara Caca berjalan dengan ocehan riangnya disebelah kiri Dina. Dina melirik gadis kecil itu, gadis yang sangat ceria.
'lucu sekali kamu, tapi sayang kamu harus menikmati setiap jeruji kehidupanmu dengan usiamu yang masih belia..
teteh janji sayang, teteh akan selalu buat senyum kamu itu terpancar selalu..' batin Dina berbicara melihat riangnya gadis itu. Seharusnya gadis seumuran Caca itu sedang asyiknya bermain di mall, berjalan-jalan di toko-toko boneka yang lucu dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan tawa dan kebahagiaan, bukan kesengsaraan seperti yang Caca rasakan sekarang.
Dina mengajak Caca untuk berjalan di penyembrangan umum karna cuaca sangat terik siang itu. Caca bersorak bahagia saat dirinya bisa melihat kota Jakarta dari posisi yang lumayan tinggi, meskipun hanya ada mobil dipandangannya tapi Caca terlihat sangat senang.
"Caca... Mau minum? Teteh punya teh pucuk lhoo.." ucap Dina seraya mengacungkan botol minuman siap saji yang iklannya biasa tertera di tivi.
"Ih teh pucuk, kayak ulet teh..ih.." ucap gadis kecil itu setengah bergidik namun terlihat lucu dan menggemaskan.
"Beneran gak mau?
Em... Enak loh.." ucap Dina menggoda. Gadis kecil itu melihat aksi Dina yang sedang meneguk teh dalam botol itu, tangan mungilnya memegangi lehernya lalu menelan ludah karna sepertinya dirinya merasa haus ditengah panasnya ibukota saat ini.
"Aaahh seger.. Seger begini masa Caca gak mau sih" ucap Dina seraya melirik Caca sekilas. Caca memasang muka pengennya dengan ludahnya yang masih terus ditelannya.
Dina mengetahui sifat Caca, Caca ini punya sifat yang lumayan gengsi. Jika dia menginginkan sesuatu, Caca lebih suka memendamnya dengan melihati benda itu fokus meskipun dirinya sangat enggan untuk meminta hal itu meskipun sebenarnya dirinya bisa mendapatkannya bila dia meminta.
Dina tersenyum lalu mengangkat tubuh kecil Caca yang tadinya berada disampingnya untuk duduk dipangkuannya. Perlahan Dina membuka tutup minuman botol itu dan meminumkannya ke Caca, meskipun awalnya gadis kecil itu enggan namun ternyata Caca meneguk teh botol itu dengan cepat bahkan langsung habis seketika. Dina setengah membolakan matanya tak percaya, sedangkan Caca malah tertawa kecil seraya mengalihkan pandangannya kearah jalanan depannya, terlihat bundaran hotel Indonesia itu oleh mata kecil Caca.
Dina mendekap gadis kecil yang ada dipangkuannya itu. Caca hanya menoleh sebentar lalu kembali keaktifitasnya.
"Caca.. Teteh boleh nanya sesuatu sama Caca?" tanya Dina kepada gadis tegar ini. Gadis kecil yang kurang lebih beberapa hari lalu dikenalnya, saat tubuh kecil Caca itu hampir tertabrak mobil saat Caca menyebrang di lampu merah, karna gadis ini terlalu kecil jadi dia tak tau kalau ternyata lampu sudah berubah warna dan hampir saja tubuh kecilnya itu habis oleh sebuah mobil pick up pengangkat barang yang saat itu melintas.
Caca mengangguk. "iya teh..tanya aja, kalau Caca bisa jawab nanti Caca jawab" ucap gadis kecil ini dengan suaranya yang jelas. Memang, meskipun masih kecil namun gadis ini tak cadel seperti anak-anak lain.
"Caca suka gak hidup kayak gini?
Caca mau gak bisa naik mobil-mobil seperti itu?" tanya Dina seraya menunjuk barisan mobil mewah yang melintas dipandangan keduanya.
Caca menoleh ke Dina dan menatap mata Dina dalam, terlihat perlahan matanya mulai berkaca.
"Jangan nangis sayang, teteh cuma tanya, kalau kamu gak mau jawab gak papa, teteh gak bermaksud buat kamu bersedih" ucap Dina seraya mencium kedua pipi imut Caca. Caca menjawab dengan senyuman yang manis dan beberapa kedipan matanya, sepertinya Caca berusaha kuat karna Dina memang pernah mengatakan kalau Dina benci orang yang lemah.
"Caca gak akan nangis kok teh, Caca kan sudah janji sama teteh." ucapnya, Dina tersenyum dan mengangguk. Caca kembali ke posisi awalnya.
"Sebenernya, kalau boleh Caca minta sama Tuhan, Caca mau itu semua teh. Caca mau naik mobil-mobil bagus seperti itu, Caca mau main-main seperti anak-anak seumuran Caca.
Tapi teh..." ucapannya terputus, Dina menatap dalam mata Caca.
"Caca lebih suka seperti ini, Caca lebih suka menjadi seorang yang tak punya teh.. Caca tau Tuhan sayaaaaaang banget sama Caca, sama ibu, sama Kak Aji, sama Kak Tono sama Kak Tina, juga sama Teteh Dina..
Caca emang gadis tukang semir sepatu, tapi rasanya hidup Caca udah lengkaaaaaap banget teh, Caca seneng, apalagi sejak adanya teteh, rasanya Caca merasa gak sendiri saat ditinggal ibu pergi jualan, saat ditinggal kak Aji kerja, saat ditinggal Kak Tono dan Kak Tina ngamen.. Rasanya Caca harus berterimakasih kepada Tuhan karna sudah mengirimkan bidadari cantik seperti teteh.. Caca seneng teh, seneeeeeng banget :*" mata Dina berlinang mendengarkan ocehan Caca. Bukan ocehan kosong, namun inilah ocehan penuh aduan dari seorang gadis kecil yang belum waktunya merasakan pahitnya kehidupan. Kalimat yang bijak, sangat bijak yang keluar dari mulut anak berusia 6 tahun, Dina benar-benar tak menyangka, ternyata Caca menganggapnya lebih dari sekedar sahabat, Caca menganggap dirinya adalah bidadari untuknya, bidadari yang dikirim Tuhan untuk menemani kesepian Caca.
Caca tersenyum melihat Dina yang masih berlinang itu. Jemari kecilnya menjamah wajah Dina lalu menghapus air mata Dina.
"Teteh sendiri yang bilang kalau kita gak boleh nangis.
Kita kan bukan orang lemah, kita harus senyum" ucapnya dengan sangat menggemaskan. Dina tersenyum lalu mencium kedua pipi Caca.
"Teteh gak nangis kok, Teteh cuma terharu sama Caca. Caca sangat hebat, Caca sangat kuat. Caca tau? (caca menggeleng) Caca adalah putri yang terindah yang pernah teteh temui, Caca benar-benar gadis kecil yang hebat. Teteh bangga banget sama Caca" ucap Dina. Caca langsung berhamburan memeluk Dina dengan sedikit berkata "Caca juga sayaaaaang Teh Dina"
Sebuah pelukan hangat, pelukan yang penuh makna. Bukan makna yang ringan namun sangat berat dan kuat, sekuat baja atau batu karang. Mungkin..
***
"Catatan ujung 21 ku..
Hari ini aku kembali dipertemukan sebuah sosok putri dari surga..
Tuhan memang sangat hebat. Tuhan menjatuhkan semua yang ada di surga untuk negaraku ini..
Memberikan sebuah kebaikan diantara berjuta kesulitan..
Ternyata bukan hanya Matahari yang bisa memberikan kehangatan.
Aku disini merasa senang bisa mendapat peran sebagai bintang, bintang yang terselubung diantara banyak kabut hitam..
Aku senang.. Aku bahagia karna dengan adanya aku orang-orang disekitarku merasakan kehangatan cintaku..
Tuhan.. Aku ini sebuah bintang kecil yang lahir di tanah sunda milikmu..
Terima kasih untuk semuanya..
Harapanku di 22 tahun esok, semoga aku bisa terus menjadi bintang yang menghangatkan semua orang yang disekitarku..
Biarkan kabut gelap terus menutupi terangku, tapi ijinkan kehangatanku memeluk mereka semua..
Terima kasih tuhan...
Terima kasih untuk 21 tahun saat yang engkau berikan..
Terima kasih atas pelajaran yang engkau ajarkan kepadaku..
Terima kasih untuk semuanya..
Terus bimbing aku untuk menyaksikan setiap jeruji kehidupan yang masih 95% belum aku ketahui..
I know you always keep me in your hugs..God!
Happy birthday to me!"
Goresan terakhir Dina dibuku coretan kehidupannya, buku yang disebutnya sebagai 'roda' itu kemudian ditutupnya lalu disimpannya dalam sebuah kotak besar. Buku itu bertuliskan angka 21 sebagai covernya.
"Besok temani aku menjalani hariku..
Bantu aku menemukan setiap jeruji kehidupan...
Welcome 22" ucap Dina seraya mengangkat sebuah buku bercover sama lalu menggoreskan penanya untuk menulis angka 22 di cover buku itu. Tepat detik 00.00 tanggal 1 Februari 2013, Dina mengeluarkan buku bercover 22 itu dan menyiapkan buku itu untuk temannya mengungkapkan kehidupan.
-END-
Tak ada kata yang bisa aku bagikan dibawah cerpen ini. Hanya sebuah kalimat "SEMUANYA SEPERTI RODA, MESKIPUN TERLIHAT SATU NAMUN KETAHUILAH BAHWA BANYAK SEKALI HAL YANG BISA KITA PELAJARI DIDALAMNYA. TERUS MENCARI DAN JANGAN BERHENTI MENCOBA.."
Happy birthday Teh Dina.. Your hopely is Right !
#22ndyoungNinot
Foto

Aku RANGGA ! Aku Muda, Aku Bisa !

Ini karya pertamaku tahun 2013.
Tahun baru, buka sesuatu dengan yang baru dan pastinya lebih bersemangat :)

Ini cerpen loh.
Baca -> Like -> Coment !!
*

Tittle : Aku RANGGA ! Aku Muda, Aku Bisa !
Genre : Young soul
Cast : Rangga Moela
Author : Arisa Kanagaki
-Cerpen Motivasi-

------------------------------------------------------
Jalan kecil yang berair mungkin akan membuat orang malas untuk melewatinya. Namun jika jalan kecil itu berapi pasti akan banyak orang yang penasaran kenapa jalan itu berapi.
Air dan api.
This is road of live !!
------------------------------------------------------


Hay, aku pemuda kecil yang dulu terbiasa main diantara beberapa kincir angin besar. Dulu aku suka menjilat setiap keju yang aku lihat. Dulu juga, aku menjadi anak yang sangat manja kata mamaku. Ehm.. Tapi sekarang semuanya sudah berubah. Aku sudah menjadi dewasa, aku bukanlah anak kecil berusia 5 tahun lagi yang hanya bisa mendongak dan menengadahkan tangan. Bukan hanya bisa meminta tapi harus bisa memberi.
Yaps. Perkenalkan, aku RANGGA DEWAMOELA SOEKARTA. Aku anak tunggal dari keluarga Soekarta :D Ehm, aku dulu lahir dan besar di negara besar dan maju, Belanda.
Kalian tau? Aku ini sangat manja loh, apalagi sama mama aku. Maklumlah karna aku anak tunggal.
Eits tapi tunggu, bukan itu yang akan aku ceritakan sekarang.
Aku ingin menulis kisahku ini dalam beberapa lembar kertas bergaris ini dengan goresan pena kecil milikku.
Simak yaa..




"Mamaaa...." suara teriakan yang menggema memenuhi seantero ruang rumah itu adalah suaraku, yang bisa di bilang cempreng.

"Aduh Rangga, kenapa sih teriak-teriak. Ini rumah bukan hutan" Ya Begitulah sekiranya ucapan mama yang sedang mengoceh saat aku selalu berteriak ketika masuk rumah.


"Ma, hari ini Rangga mau main boleh?" tanyaku kepada Mama. Mengapa aku bertanya seperti itu? Ya karna mama selalu melarangku pergi keluar rumah tanpa dirinya. Huf~

"Kamu mau kemana Rangga? Dirumah sajalah, mama lagi sibuk. Mendingan kamu bantuin mama dirumah saja, gak usah main" ucap Mama dengan nada bicaranya yang meninggi. Aku sedikit menghela nafasku panjaaaang dan dalam lalu menghembuskannya pelan.

"Ma.." lirihku memohon. Aku mendekat kearah mama agar bisa lebih mudah merayu mamaku yang satu ini. Aku duduk disampingnya seraya terus memohon.

"Plissss maa.. Rangga cuma mau pergi bentar kok ma, beneran deh cuma bentar" ucapku penuh keyakinan. Menurutku mama ini adalah orang yang baik. Mama pasti akan mengijinkanku pergi. Yes yes yes.

"Gak! Mama bilang gak ya gak!" tegas mama. Aku pun langsung merasa sanga sedih. Mama benar-benar tidak main-main kali ini dengan ucapannya. Aku menunduk lalu melirik kearah jam tangan biru yang melingkar ditangan kananku. Jam 14.39. Oh God! Waktuku tidak banyak. Tinggal beberapa menit lagi aku benar-benar gagal. Aku harus terus membujuk mama.

"Mah, plisss ma ijinin Rangga.
Rangga gak akan ngecewain mama deh, yaaa...plisss ma.." Aku terus memohon. Kali ini tak tanggung-tanggung aku langsung duduk dibawah kaki mama. Aku memeluknya dengan terus memohon, berharap mama memberiku ijin untuk keluar.


Mama terlihat menunduk melirikku. Tatapan matanya yang teduh itu melukiskan bahwa dirinya sungguh sangat lembut. Perlahan mama mengangkat tubuhku dengan memegang kedua bahuku. Kini aku berdiri dihadapan mama. Tatapan mata mama terlihat jelas dipandanganku.


"Yaudah mama ijinin. Tapi inget, kamu gak boleh nekad lagi kayak dulu. Mama gak suka!" ucap Mama dengan nada lembutnya. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku tau betul sikap lembut dan tidak tegaan mama ini. Mama mengelus rambutku lembut, aku langsung memeluk dan mencium kedua pipinya.


"Ma, doain Rangga ya" lirihku dalam hati saat dalam pelukan mama.

"Udah kalo mau pergi cepetan sana. Mama mau ke kantor papa. Kamu bawa mobil kamu sendiri aja" ucap Mama seraya melepaskan dekapan hangatnya untuk aku. Aku mengangguk lalu meraih telapak tangan kanannya lalu mencium punggung tangannya itu.

"Rangga berangkat Ma, Assalamualaikum" pamitku kepada Mama. Mama menjawab salamku lalu melambaikan tangan kearahku.

Aku berjalan menuju mobil mewah milikku yang sudah terparkir indah didepan pintu besar istana rumahku ini. Mobil ini juga hasil keringatku.

"Ma, maafin Rangga"




***
Aku sekarang sedang berada disebuah ruangan yang sangat luas. Ruangan in-door ini terlihat sangat megah dan mewah. Aku yang terkesima melihat semua ini seakan tak mampu lagi berkata-kata. Deretan bangku penonton itu benar-benar menjadi sebagian kekagumanku. Aku pun lalu duduk diantara beberapa bangku itu. Aku melihat disana-sini sudah banyak sekali orang berdatangan. Aku segera duduk dikursi paling depan sambil melihat suasana tempat yang sedang aku nikmati sekarang.


BLAP! JEDES... BUM BUM BUM

Tiba-tiba lampu mati. Entah sejak kapan semua kursi yang sepertinya jutaan itu sudah penuh oleh orang. Suara dentuman musik sudah memenuhi gedung besar itu. Lampu yang sengaja dimatikan lalu berganti dengan sorot cahaya lampu besar itu membuat aku mengangguk-angguk mengikuti alunan musiknya. Mataku serasa ikut larut dalam sorotan lampu yang berjalan kesana kemari. Mataku juga menangkap seorang duta idolaku disana. Berdiri dan menyanyi diatas singgasananya. Aku sungguh sangat terpukau.


"Wow! Spectacular perfomance" gumamku. Mataku tak berkedip sedikit pun.



"Bagaimana penampilannya kali ini? Penonton..." teriak seorang host setelah pagelaran penampilan spektakuler itu digelar. Semua penonton menunjukan antusiasnya dengan bersorak-sorai dengan lantangnya.


"Oke oke.
Nah, sekarang saatnya kita lihat performance para peserta audisi SING WITH AGNEZ ini, apakah ada yang mampu menarik perhatian Agnes? Yaps kita lihat saja nanti.
Oke... Kita mulai dari peserta pertama. Hey girls, common.. Tunjukan aksimu.." ucap host itu pasti. Seorang gadis berpenampilan modis menaiki panggung. Clip on yang menempel di pipi kirinya itu menandakan bahwa gadis itu akan perfomance nyanyi juga dance. Wow. Itu sangat hebat bila dia bisa melakukannya.


Aku menikmati setiap penampilan yang tersuguh diatas panggung megah itu sekarang. Sesekali aku melirik ke lain tempat dimana sang punya acara, Agnes Monica, tengah duduk dan memperhatikan setiap perfomance itu dengan seksama. Aku tersenyum dan sangat yakin bahwa dia akan memberikan senyumnya untukku nanti.


"Wow. Semua penampilannya sungguh spektakuler. Agnes? Bagaimana sudah ada yang memikat hati kamu?" ucap host itu seraya melirik kearah Agnes yang sedang duduk dikursinya. Agnes hanya membalasnya dengan seutas senyuman manis saja.


"Ahaha.. Pilihanmu masih bisa kamu tentukan Nes. Sekarang saatnya peserta terakhir. Setelah ini Agnes akan mengumumkan siapa yang terbaik dan yang akan menang kali ini. Kalian siap? Tunggu saja" ucap host itu kemudian berhenti karna jeda nafasnya yang sangat memburu karna semangatnya juga memburu.

"Give applause for Rangga Moela...
Common Rangga, tunjukan ke Agnes kalau kamu pantas dipilihnya"


Suara teriakan host itu langsung membuat aku berdiri dari dudukku lalu mengambil tempat untuk naik ke atas panggung megah itu. Jujur, ini bukan kali pertama aku berdiri diatas panggung sebesar dan semegah ini. Tapi, kali ini yang membuat berbeda adalah aku yang berada dipandangan langsung seorang idolaku. Ah.. Rasanya deg-degan bercampur seneng.



*

"Yaaa... Mana tepuk tangannya untuk Rangga.
Wah penutupan yang sangat bagus ya.. Rangga, good job boys!"

Setelah lirik terakhir laguku juga hembusan nafasku, host muda itu langsung berlari naik keatas panggung dengan semangatnya lalu menepuk pundak kananku. Aku tersenyum dan mengangguk sambil menyetabilkan nafasku.


"Oke Agnes. Sekarang giliranmu" host itu melihat kearah Agnes da menginstruksikan sesuatu. Agnes membalasnya dengan gerakan tangan lalu beranjak dari duduknya dan melangkah menuju ke panggung dimana aku juga tengah berdiri disitu.


"Hey guys" sapa Agnes kepada semua peserta yang ada diatas panggung itu terutama aku. Puluhan orang itu menjawab dengan gugupnya, aku? Aku lebih gugup daripada mereka, kenapa? Karna kini posisi Agnes tepat berada disampingku dan berhasil membuat buluku menaik tegang serta degup jantungku yang berdegup kencang dan kuat.


"Oke. Saya gak akan berbasa-basi.
Jujur. Saya suka gaya kalian semua. Teknik vokal kalian juga bagus semua. Untuk yang pakai dance, lumayan dance kalian lumayan keren dan energik.
Saya suka kalian semua. Tapi, karna tugas saya hanya memilih satu diantara kalian dan itulah yang akan menjadi partner saya kedepannya. Jadi saya ingin benar-benar memilih sesuai persentase kemampuan kalian yang sudah saya lihat dan pertimbangkan.
Oya, kalian perlu ingat. Bahwa yang saya pilih malam ini bukanlah pemenangnya. Ini memang kompetisi, tapi saya tidak mau ada ketidaksukaan antar peserta bahkan benci disini, Jadi saya berusaha bertindak adil" ucap Agnes Monica panjang lebar. Penjelasannya yang penuh makna dan sangat bijaksana itu adalah salah satu yang membuat aku mengaguminya sampai sekarang.


Setelah mengucapkan semua itu, kini Agnes Monica berdiri didepan semua peserta. Matanya terlihat menyapu setiap pandangan yang mengarah kepadanya dari ujung kanan sampai ujung kiri dan terus berbalik lagi. Sampai akhirnya....



"Rangga" panggilnya lantang. Aku segera menatap matanya yang sedang memandangku dalam itu. Perlahan kaki jenjang Agnes itu melangkah mendekati posisi berdiriku.


"Selamat"

ucapan singkat itu diucapkan Agnes kepadaku. Aku yang benar-benar tidak percaya saat itu pun langsung menjabat tangannya dan mengucapkan terima kasih. Agnes tersenyum lalu menarik tanganku untuk maju kearah depan panggung. Kini rasanya aku bagaikan seorang superstar. Berdiri dilihat berjuta pasang mata itu dan berdiri disamping seorang aktris bertalenta yang sudah mendunia ini. Rasanya aku benar-benar sedang bermimpi kali ini.


Agnes menoleh kearahku lalu mengangguk mengisyaratkan sesuatu. Aku pun membalasnya dengan senyuman lalu mengalihkan pandanganku kembali ke audience. Aku mengangkat microphone yang ada ditangan kiriku lalu menarik nafasku panjang. Agnes Monica yang berdiri disamping kananku itu juga mengambil microphonenya dan memulai lagu agar mengalun.


"Le O Le O Le O... Ee...
Le O Le O Le O... Ee...
Ku berhenti pakai hati.. Tak berhenti sampai mati....
Le O Le O Le O.. Eeeh..." nada pertama dimulai oleh Agnes Monica dengan single MUDA terbarunya ini.


"Aku dengar ada yang bicara.. Papa mamaku punya cita-cita..
Dia baru berusia lima namun semangatnya sungguh sempurna.." aku mulai mengikuti alunan musik yang kini membuat aku dan Agnes benar-benar berkolaborasi.


"Never in your live, Let them talk to you like, You can not, Yes You're young but you're right.
Walk your miles, do your part with smile coz you're young" Agnes Monica menyanyikan lirik penuh makna itu dengan menunjuk dadaku dan memberikanku keyakinan.


"Hidupku itu adalah aku bukan kamu dan lagumu. Jangan sama-samakan ku..
Hidupmu itu adalah kamu. Bukan kata tidak mampu tak perduli usiamu..." Aku + Agnes Monica.

Aku Muda... (Agnes)
Aku Muda... (Aku)
Aku Bisa... (Agnes)
Aku Bisa... (Aku)

Tak perlu ragu dengan kau lihat.
Hanya ikuti ku punya jejak.
Kamu yang nakal bikin ku bosan.
Persetan bicara tak karuan.

Yes you're young..
Yes you're young..
You're young...



PROKKK !
PROOKKK !!
PRRROOOKKK !!!

Suara tepuk tangan penonton memenuhi gedung yang besar ini. Suaranya yang membahana seakan mengisi rasa sesak didadaku karna benar-benar nervous rasanya berdiri disini. Agnes menoleh dan tersenyum kearahku dan menepuk pundak kananku.

"Hebat Rangga! Ikuti jalanmu, kejar terus.
Selama kita muda dan bisa semua pasti mudah dan indah.
Selamat berjuang!" pesan Agnes. Aku mengangguk dengan mantap.

"Terimakasih" ucapku kepada Agnes Monica, idolaku itu. Kini kita semua berjalan menuruni panggung. Aku yang sudah mendapatkan kontrak resmi dengan Agnes Monica juga managementnya kini bergegas untuk pulang. Pengalaman tadi benar-benar cambuk keras untuk karirku didunia tarik suara ini.


"Ya aku pasti bisa.
Aku muda, aku bisa :)" Aku segera memacu cepat laju mobil mewahku menuju sebuah istana dimana Raja dan Ratuku tengah menunggu aku pangeran hatinya ini.


***



***
Huf.. Rasanya kini aku sudah melambung keatas langit yang sangat indah dan jauh dari angan. Ini semua nyata ternyata. Bukanlah sebuah mimpi. Kini aku bisa berdiri di tempat yang bisa dikatakan mewah dan elegant setiap saat. Aku senang kini aku benar-benar menjadi seorang superstar seperti Agnes Monica. Aaahh... Rasanya senang juga bangga kepada diriku sendiri.

Hari ini aku ada perfome di sebuah acara elite. Suatu kebanggaan memang tampil diacara ini. Disana, diatas panggung nanti aku akan bernyanyi bersama beberapa artis besar dunia yang sebenarnya jika dulu aku pikir adalah sebuah mimpi kosong.


"Rangga. 10 menit lagi kamu naik" ucap CEO acara itu. Aku mengangguk lalu meraih handphone-ku dan memencet benda itu dengan cepat.


"Ma.. Rangga udah siap. Nanti liat Rangga ya.." ucapku kepada mamaku lewat jalur telfon.

"Iya, semoga lancar ya. Muach.. Good Luck sayang" ucap+semangatnya buatku.

"Oke ma.
Ohya udah ya ma, Rangga mau naik dulu. Muach.. Assalamualaikum" ucapku seraya menutup telfon itu dan menyimpan handphoneku kepada managerku. Yaps. Sekarang hidupku memang sudah berubah seperti apa yang aku cita-citakan sejak dulu.



Aku menaiki panggung itu. Aku mulai bernyanyi. Ku sapa semua audience yang ada di gedung megah itu. Aku juga sempat menyapu pandangan ke semua tempat duduk itu. Aku lihat mama dan papaku ada disalah satu kursi VVIP nya. Aku tersenyum dan melempar pandangan kepada kedua penjagaku itu.


Lagu ku selesai. Sekali perfome aku langsung menyanyikan 3 lagu, dan spektakulernya adalah aku kebagian lagunya Agnes Monica. Idolaku sendiri. Entah kenapa aku juga tidak tau. Padahal setauku, Agnes tak bisa hadir diacara ini karna sesuatu hal.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya sampailah dipenghujung acara. Mataku yang sudah sedikit menyipit karna waktu juga sudah menunjukan pukul 00.05 itu membuatku harus lebih ekstra membuka mataku.

Kini saatnya lagu terakhir yang akan dinyanyikan semua pengisi acara kali ini, termasuk aku. Lagu HEAL THE WORLD (Michael Jackson) sudah selesai kami semua nyanyikan. Semua yang ada disitu juga ikut bernyanyi tadi. Lalu semuanya mengheningkan cipta barang beberapa menit lalu semua pengisi acara saling merangkul dan membungkukkan badan.

Saat suasana hening karna sudah berakhir tiba-tiba..



BLAP!!
Lampu yang sedari tadi menerangi kami semua disitu pun mati. Semua panik dibuatnya. Suasana menjadi gelap gulita. Tiba-tiba dari arah atas, dari pintu masuk tepatnya, terlihat ada secercah cahaya kecil. Cahaya yang remang itu perlahan mendekat dan kemudian terdengar suara dentingan piano.


"Happy birthday to you..
Happy birthday to you..
Happy birthday...
Happy Birthday...
Happy Birthday.... RANGGA"

Suara itu?
Oh God! Aku benar-benar tercengang. Ternyata yang berjalan dengan membawa cahaya remang itu tadi ternyata idolaku, Agnes Monica.
Agnes berjalan kearah panggung dengan membawa sebuah kue ulang tahun bertuliskan angka 25. Dibelakangnya aku lihat Mama dan Papaku juga ada disana. Aku menangis terharu.

Perlahan, satu-persatu lampu mulai hidup kembali meskipun tak seterang sebelumnya karna sengaja dibuat sedikit remang. Kini, lagu happy birthday memenuhi ruang gedung ini. Semua pengisi acara ternyata juga tau semua ini. Mereka juga ikut menyiapkannya untuk aku. Sungguh aku benar-benar tak bisa berkata-kata lagi. Aku hanya bisa menitikkan air mata haru saat ini.

Puluhan balon kini berjatuhan dari langit-langit panggung. Aku melihat banyak sekali kue ulang tahun berjejer di depanku sekarang. Aku meniup lilin 25 nya itu satu persatu.


"Selamat Ulang Tahun Rangga..
25 kue ulang tahun untuk 25 tahun perjalanan hidup kamu selama ini" ucap Agnes Monica kepadaku. Aku menangis namun dengan segera aku menghapus air mataku.

"Terimakasih semua..
Terimakasih Agnes.. Semuanya juga karna bantuan dan semua yang kamu ajarkan kepada aku selama ini.
Terimakasih..
Rasanya aku bukan apa-apa selama 25 tahun ini tanpa bantuan kalian.
Papa, Mama.. Makasih juga" ucapku dengan haru. Aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Aku langsung berhamburan kearah papa dan mama yang berdiri disitu. Aku menangis dalam pelukan mereka.


"Kak Rangga.." Aku mendengar sayup panggilang kearahku. Aku segera melepaskan pelukanku kepada Mama lalu menoleh kearah panggilan itu.


"Ini kue ke-25 untuk Kak Rangga. Semoga Kak Rangga semakin sukses lagi. Semoga terus bersinar dan terus bersinar lagi" ucap kelima bocah itu kepadaku. Aku segera berlari kecil menghampiri mereka.


"Terimakasih untuk kalian juga..
Kalian juga semangatku didunia ini, terus support aku ya.. Terimakasih..." ucapku seraya meniul lilin 25 diatas kue bergambar doraemon, anime kesukaanku itu.


"Kalian semua semangatku. Kalian inspirasiku. Kalian juga kebanggaanku.
Aku muda.. Aku akan lakukan semuanya sebelum aku renta.
Aku bisa.. Aku tak akan pernah menyerah juga mengeluh.
Aku tak mau mengecewakan kalian yang sudah mendukungku selama ini...
Aku Muda, Aku Bisa..."




-END-





Yeee...
Happy 25th SPECTA Birthday kak Rangga Moela.
Ini cerpen buat kakak :D
Semua doa dari aku udah aku curahin lewat cerpen itu. Happy Birthday papa Bento :D :* {}

#25pectaRANGGA

"Ketika mampu kueja namanya.."

"Ketika mampu kueja namanya.." | Cerpen #HBD22ndBISMASH |
Bismilahirohmanirrohim ..
Tittle : Ketika mampu kueja namanya..
Genre : Sad
Cast : Bisma Karisma dan Nia
Author : Arisa Kanagaki
-Cerpen Motivasi-
-Check This Out-
"Aaa a a aaa... Aaaaa..." teriak seorang gadis kecil dengan menunjuk sebuah layar televisi yang tengah menyuguhi tontonan acara musik. Gadis muda kecil cantik itu terlihat senang dengan apa yang dilihatnya. Sesekali dia menggoyangkan badannya yang terbaring disebuah kasur kecil di ruang keluarga rumahnya. Tak jarang juga tangan kecilnya terus menunjuk-nunjuk kearah layar televisi itu.
"Ada apa sayang? Bagus ya? Iya? Itu namanya SM*SH sayang" bimbing sang bunda yang sedari tadi disampingnya. Sang bunda mengelus rambut anaknya dengan sesekali kecupan hangat. Sang anak terlihat tenang dan kembali melihat acara televisi itu.
"Emm.. mmm.. mmm" bocah kecil bernama Nia ini terus bertingkah polah dengan aktifnya saat melihat orang yang ada di layar televisinya itu menyanyi dan berjingkrak menari. Sang bunda hanya bisa tersenyum melihat perkembangan putrinya ini.
Nia. Gadis kecil berusia 6 tahun ini memang sedang aktif-aktifnya bergerak. Gadis kecil dengan sedikit kekurangan ini selalu terlihat senang saat melihat aksi boyband SM*SH di layar televisinya. Gadis kecil yang hanya bisa berbaring ditempat tidurnya ini memang sedang dalam tahap pengobatan. Menurut dokter yang memeriksanya, Nia terkena semacam syndrome yang membuat tubuhnya lemas dan lumpuh serta membuat indra pengucapannya tidak berfungsi dengan baik. Nia memiliki kesulitan dalam mengucap. Ya sederhananya bisa disebut BISU.
***
Setiap hari, setiap saat, setiap jam menit detik, kegiatan yang dilakukan Nia adalah sama. Kalau tidak menonton televisi mungkin dia lebih suka menggambar saat sang bunda tengah asyik di dapur.
Dan pagi ini benar saja, si kecil Nia terlihat sedang memegang sebuah buku gambar yang berukuran sedang ditangannya. Posisinya yang terbaring ternyata tidak terlihat menyulitkan posisinya.
Dengan cekatan tangan kanannya menggerakkan pensil gambarnya ke kanan ke kiri, seakan menambah goresan-goresan emas pada kertas gambar itu.
Nia yang notabene anak yang cerdas itu juga memiliki kemampuan dalam menggambar. Setiap hasil gambarnya itu selalu bagus dan diacungi 2 jempol bahkan lebih kepada orang yang melihatnya. Dan kali ini, eksekusi terakhir hasil gambarnya yang terlihat ada seorang cowok disana terlihat sedang berpose dengan pose seperti foto model dengan tangan menunjukkan lambang peace disana.
"ngh..." dengan susah payah tangannya menuliskan coretan terakhir di bawah hasil gambarnya itu.
- BISMA KARISMA -
Ya tentulah. Nia sedang menggambar sebuah sketsa Bisma, idolanya, yang sedang pose dengan posisinya yang bergaya dalam foto yang pernah dilihat Nia.
***
Malam ini saat Ayah dan Bundanya sedang menemaninya menonton acara favoritnya, yaitu acara musik tempat SM*SH biasa tampil. Dirinya dengan antusias menunjuk buku gambarnya untuk sang bunda. Bermaksud menunjukkan hasil gambarnya.
"Ngh ngh ngh...." tunjuk Nia kepada buku gambar yang ada tak jauh dari posisinya berbaring. Sang bunda yang paham akan maksud putrinya itu pun langsung meraih buku gambar itu dan membuka halaman terakhirnya. Dilihatnya gambar yang sama sekali tak beda jauh dari gambar-gambar dihalaman awal buku gambar Nia. Gambar Bisma, ya semuanya bergambarkan Bisma.
"Nia memang pinter banget..
Muach, bunda sayang sama Nia" ucap sang bunda seraya menutup buku gambar Nia dan kemudian beralih untuk mengecup pipi putrinya itu. Nia terlihat senang mendengar ucapan sang bunda. Bibir manisnya menyunggingkan senyuman.
***
Keluarga kecil ini tengah belajar berbicara. Sang bunda dengan sabarnya mengajari anak putrinya untuk mengucap. Sementara sang suami tengah memangku Nia, sehingga posisi Nia menjadi duduk dan menghadap kepada sang bunda.
"Mmm.... Ma.... Ma...
Ikuti mama nak" bimbing sang bunda kepada anaknya untuk berbicara.
"Mmmm... mmm.. m mmm maaaa..... Ngh~ mmm...." bocah kecil ini terlihat sangat sulit mengucapkan kata 'Mama'
"Lagi sayang.." support sang bunda.
"mmm... mmmmm a mmmm.... maaa..... ma" eja gadis kecil itu dengan susahnya.
Sang bunda dan sang ayah pun tersenyum melihat perkembangan putrinya itu. Setiap hari mereka bekerja sama untuk membimbing Nia untuk berbicara, namun hasilnya selalu nol, dan kali ini untuk pertama kalinya Nia berhasil mengucap sebuah kata yaitu 'Mama'
***
Nia yang memang sudah terlahir sebagai anak yang cerdas. Meskipun memiliki sebuah kekurangan tapi gadis kecil ini memiliki semangat yang tinggi untuk sembuh dan bisa berbicara layaknya anak-anak normal.
Otaknya yang bisa bekerja lebih cepat dari pada umumnya itu ternyata mampu membuatnya paham akan hal yang akan dibacanya. Meskipun bibirnya belum bisa menjelaskan itu dengan ucapannya tapi dia sudah bisa membaca dengan hatinya.
"ngh~ mmmmb bbb.. mmbbbb bbbbi ... bi bi bbbiii bi bbbii" mulutnya sungguh sangat sulit sekali digerakkan. Matanya terus fokus pada lembar terakhir buku gambarnya yang terdapat nama sang idola disana. Dengan penuh usaha Nia terus mencobanya. Mencoba dan mencoba.
"Bbbb... B..b..bb i bbb bii... isss ss ...
ngh~ bbbb iii ss .. bbbisss sm mmm a ...
Bbb bbis bissss mmm a , BISMA "
Dengan keringat yang bercucuran dari keningnya dan nafasnya yang sedikit tersengal, akhirnya Nia berhasil mengucapkan sebuah kata yang utuh. Dan ini adalah kalimat pertamanya.
Bibirnya tersenyum menandakan kebahagiaan yang dirasakannya.
Tak beberapa lama kemudian sang bunda duduk bersila di depannya. Dan membuat lamunannya buyar.
"Nia sedang apa? Sedang liat gambar kak Bisma ya?" tanya sang bunda dengan nada lembut. Nia mengangguk dengan antusias.
"Coba mama tes ya.. Nia bisa gak eja nama kak Bisma..hayoo" tantang sang bunda. Nia tersenyum. Tak ada raut wajah takut yang tergurat di wajah Nia. Dengan cepat kepala mungilnya itu mengangguk.
Tahapan demi tahapan yang sulit dilewati Nia untuk kembali bisa menyebut nama idolanya. Dan...
"B I S M A"
ucap Nia utuh tanpa sedikitpun keraguan. Sang bunda terlihat sangat bahagia.
"Nia pinter sayang.. Pinter banget" ucap sang bunda seraya memeluk putrinya itu dan mengecup kening putrinya itu. Nia tersenyum.
"Mama.. Papa.." ucap Nia kemudian. Sang bunda sangat tersengang. Perubahan drastis tiba-tiba ditunjukkan oleh Nia. Pengucapan Mama dan Papa pada terakhir tadi sungguh sangat lancar. Dia tak menyangka bahwa anaknya sudah bisa berbicara.
***
Sore ini Ayah dan Bunda Nia membawa Nia kepada dokter syaraf yang menangani penyakit Nia. Keduanya ingin menanyakan mengenai perkembangan yang terjadi pada putrinya.
"Jadi bagaimana dok?" tanya Ayah Nia.
"Wah.. Ini adalah suatu keajaiban pak, bu..
Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Saya sangat bangga dengan Nia, dia memiliki semangat yang luar biasa. Nia sudah bisa berbicara normal pak, bu.. Dan untuk kondisi tubuhnya tinggal menjalani penyesuaian saja kemudian Nia bisa hidup normal sehat seperti anak-anak lainnya lagi" tutur pak dokter itu dengan mata berkaca-kaca.
"Benar dok?
Alhamdulilah.. Terima kasih Ya Allah atas keajaiban-Mu" ucap Ayah Nia memanjatkan doa.
Nia yang berada dalam dekapan sang bunda itu terlihat sedang asyik memegang gambar BISMA, sosok idolanya yang selama ini memberinya semangat untuk terus berusaha.
Kedua orang tua Nia pun sangat bahagia. Saking bahagianya kedua orang tua Nia langsung memfasilitasi Nia dengan fasilitas yang memungkinkan Nia untuk dekat dengan sang idola, BISMA. BISMA KARISMA.
--------------------------------------------
Semua hal yang tidak mungkin itu harus DICOBA. Semuanya tidak akan berubah tanpa sebuah PERJUANGAN yang sulit.
Semua terlihat TIDAK MUNGKIN, tapi ketika kita terus mencobanya semua itu akan menjadi MUNGKIN.
Teruslah berusaha..
Pantang Menyerah..
Yakinlah bahwa KITA BISA karna BERUSAHA :)
Selamat mencoba..
Selamat membuktikan kepada DUNIA bahwa....
INILAH KITA DENGAN SEMANGAT KITA
-----------------------------------------
-END-
Bagaimana cerpen ini?
Jelek? PASTI. Ancur? JELAS.
Tapi meskipun begitu, mohon like dan coment-nya ya ;)
Semua sangat dibutuhkan!
Happy Birthday...
Selamat ulang tahun untuk kakakku..
Selamat ulang tahun untuk pangeranku..
Selamat ulang tahun untuk pahlawanku..
Selamat ulang tahun Kak Bi, semoga semua kebaikan terjadi buat kakak. Semoga diberi umur panjang, sehat selalu, lancar rezeki, lancar jodoh, lancar karir dan tambah ganteng :)
Selamat tambah umur kakak, tambah tua harus tambah BIJAKSANA.
Terus menjadi motivator dan inspirator kami :)
YOU KNOW I HEART YOU

Bisma... Kami Sayang Kamu :* part^4

Part 4 [END]
Checkodoth~ Repost dari facebook ku :)


***
Pemuda berbadan kurus itu terlihat sedang asyik dengan aktivitasnya, aktivitas yang telah beberapa saat terakhir ini digelutinya. Peluhnya menetes membasahi keningnya juga rambutnya yang sedikit gondrong. Gerakan kakinya terlihat sangat lincah. Tubuhnya yang kecil itu semakin asyik bergoyang seiring suara musik hip hop yang mengalun dari tape compo miliknya. Suasana gelap yang sudah memenuhi seisi ruang aula kampusnya itu tak membuat pemuda ini ingin meninggalkan tempat yang sehari-hari digunakannya sebagai tempat latihan.

Tap.. Tap.. Tap...

Perlahan terdengar suara langkah kaki memasuki aula tempatnya berlatih. Musik keras yang mungkin membuatnya tak bergeming untuk menoleh atau bahkan konsentrasinya yang kuat yang membuatnya sangat fokus saat ini.

"Loe gak mau pulang Bis?ini udah jam 7 malem lho, loe kan harus prepare buat besok" ucap seorang pemuda yang tak lain adalah sahabatnya. Pemuda yang baru saja datang itu duduk jongkok di samping tape compo yang sedang asyik mengiringi gerak tubuh sahabatnya. Ditatapnya gerakan-gerakan energik dari sahabatnya itu, terlihat kesungguhan di mukanya yang basah oleh peluh itu.

"Bentar sob, nanggung nih gue" ucap pemuda bernama Bisma dengan suara seraknya. Bisma pun menghentikan geraknya lalu meraih handuk kecilnya lalu mengusap peluh yang terus bercucuran dari keningnya.

"Loe emang hebat Bis. Loe itu anak muda yang punya semangat dan kemauan tinggi. Dan gue yakin dengan skill dan variasi gerakan yang loe miliki Loe bisa menang besok" ucap pemuda tadi kepada Bisma. Bisma tersenyum simpul.

Doni, sebut saja begitu nama sahabat Bisma tadi. Doni ini sebenarnya lebih tua daripada Bisma, namun keakraban merekalah yang membuat mereka bertindak seperti anak sebaya. Doni adalah senior dance bagi Bisma. Selain sahabat dan kerabat, Doni juga bisa dikatakan sebagai pelatih dance Bisma. Doni yang namanya sudah dikenal masyarakat sebagai dancer handal itu merasa ada semangat positif dalam diri Bisma. Bisma? Awal perkenalannya dengan dunia seni seperti dance ini sebenarnya hanya dari iseng belaka, namun entah kenapa Bisma jadi suka dan menjadikan dance sebagai hobi. Dan hobi inilah yang mengantarkan Bisma kedunia yang lebih jauh dari pandangan Bisma sebelumnya.

Saat keduanya tengah bercengkerama seraya melepas lelah pada tubuh Bisma, Doni tiba-tiba berjalan ke tape compo Bisma lalu mengganti musik yang mengalun itu.

"Ayo buktikan ke gue. Ayo kalahin gue" tantang Doni ke Bisma. Bisma pun mengangguk lalu mengikuti alur gerakan Doni yang menurutnya sangat susah jika dibandingkan dengan dancer-dancer lain.

1 jam berlangsung battle antara Doni dan Bisma. Keduanya terlihat sedang mengatur nafasnya. Nafas keduanya terengah, Doni mengelap peluhnya lalu tertawa kecil kearah Bisma, kemudian dibalas hal yang sama oleh Bisma.

"Sip banget loe Bis. Gue yakin besok loe pasti menang" ucap Doni lalu meneguk air mineral yang dibawa Bisma. Bisma menanggapinya dengan tawa kecil. Setelah semua perlengkapannya masuk kedalam tasnya dan juga tape compo sudah dimatikannya, Bisma dan Doni kemudian berjalan keluar aula itu. Langkah yang pasti dengan sedikit perbincangan diantar mereka. Perbincangan mengenai kontes dance yang besok akan diikuti Bisma.


***

"Udah siap Bis?" tanya Doni yang berdiri didepan mobilnya. Dilihatnya Bisma dan Tante Ati (mamanya) tengah berdiri di depan pintu rumah mereka. Bisma mengacungkan jempol tanda iya. Doni membalas dengan anggukan.

"Mah.. Bisma berangkat ya, doain Bisma supaya Bisma menang ya Ma" ucap Bisma kepada Tante Ati, sang mama.

"Iya Bis, hati-hati ya selama disana. Doa mama, papa dan semuanya yang ada disini mengiringi langkah kamu Bis, semoga kamu menang dan bisa mencapai semua yang kamu cita-citakan selama ini" doa Tante Ati seraya memberikan tas putranya. Bisma tersenyum lalu mengamini ucapan mamanya.

"Udah siang mah, Bisma berangkat dulu. Ass" Bisma mencium punggung tangan mamanya. Tante Ati membalas salam Bisma lalu mencium kening putranya.

"Doni berangkat Tan" pamit Doni. Bisma dan Doni kemudian memasuki mobil sport milik Doni. Dengan pasti, roda mobil itu berputar menuju Jakarta. Mengantarkan Bisma untuk mengikuti kontes pencarian dancer terbaik Indonesia 2010. Bisma menatap langit kota Bandung yang masih cerah itu. Bisma tersenyum, terlintas dibenaknya dia akan kembali ke kotanya itu dengan prestasinya yang sangat didambakannya. Sore nanti mungkin akan menjadi penentu perjalanan dance Bisma. Helaan nafas panjang memberikan ketenangan untuk Bisma, matanya terpejam untuk sekedar menghirup aroma kota Bandung.


***






***

"This is time! Waktunya kita membacakan hasil dari kontes pencarian dancer terbaik hari ini.. Penontoooonn mana suaranya..." teriak VJ yang memandu acara.

"Aaaaaa...." teriakan keras penonton bukannya mendamaikan hati Bisma. Hatinya malah semakin gusar menunggu pengumuman pemenang dibacakan. Dengan perasaan yang campur aduk, Bisma menunduk untuk sejenak berdoa kepada penciptanya yang maha adil. Semoga keadilan itu jatuh kepadanya hari ini.

Pemenang juara ketiga dan kedua sudah usai dibacakan oleh VJ namun nama Bisma lagi-lagi masih tak ada disalah satunya.

"Dan inilah waktunya. Siapakah jawara dancer tahun ini. Hayoo siapa? Siapa... Siapa.. Siapa... Penonton.. Siapa yang layak menjadi jawaranya?" ucap VJ itu semakin menggebu. Penonton pun juga ikut bersorak disana. Banyak nama yang diteriakkan penonton, mungkin penonton itu adalah sebagian supporter atau kerabat peserta. Tak ada nama Bisma ikut diteriaki disana karna memang hanya Donilah yang mengantarkan Bisma ketempat itu. Bisma yang berdiri disamping kanan panggung itu merasa harap-harap cemas. Keringat dingin kini sudah berganti membasahi keningnya. Matanya tertutup, mulutnya tak henti mengucap doa. Berharap namanya dipanggil dan dibayangkannya betapa bangganya orang tuanya kepada dirinya.

"Dan pemenang pada Kontes Pencarian Dancer Terbaik Indonesia 2010 kali ini adalaaaaaahhh......"

Suara sorai penonton semakin memenuhi ruangan audisi itu. Terdengar teriakan dimana-mana, VJ yang memandu acara itu terlihat ikut bersemangat dengan memegang hasil yang sudah ada ditangannya.

"BISMA KARISMAAAA....." teriak VJ itu. Bisma yang merasa namanya disebut itu langsung mendongak lalu membuka matanya. Doni yang berada disampingnya itu langsung memeluknya bahagia.

"Loe menang Bis.." ucapnya dengan girang. Bisma masih ternganga tak percaya.

"Untuk yang bernama Bisma Karisma dimohon menaiki panggung" ucap VJ itu, suara sorak penonton berganti meneriaki nama Bisma. Bagaimana tidak? Bisma adalah juara tunggal dalam kompetisi ini. Bisma pun segera melangkah menuju atas panggung. Raut wajah kebahagiaan terpancar jelas diwajahnya. Senyumnya mengembang meskipun behelnya itu menghalangi namun tetap kekarismaannya sangat terlihat.

"Nah Bisma Karisma. Selamat ya kamu sudah menjadi pemenang dalam kontes ini. Semua juri sangat antusias terhadap kreativitas gerak kamu, kamu satu-satunya peserta yang bisa memikat hati juri" ucap salah satu juri menyalami Bisma seraya memberikan hadiah dan piala untuk Bisma.

"Dan tak lupa.. Tiket mengikuti pelatihan dance di Jepang bersama dancer-dancer terbaik dunia. Bisma ini untuk kamu. Good luck membawa nama Indonesia" VJ itu menyerahkan tanda bukti keberangkatan Bisma ke Jepang. Bisma menerimanya dengan air mata bahagia yang menitik. Sedari tadi Bisma tidak bisa mengucapkan sepatah katapun, kebahagiaannya sangat tak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Terlintas di benaknya bayangan wajah orang tuanya juga sahabat-sahabat dan kerabatnya bahagia melihat kemenangannya ini.

"Inilah awal ku"


***


***

-1 tahun kemudian-

Bisma Karisma yang sudah menjadi salah satu dancer ternama di dunia itupun kembali ke kampung halamannya setelah 1 tahun dirinya berada di negeri Sakura. Bisma terlihat keluar dari pintu bandara Soekarno-Hatta dengan membawa sebuah koper sedang. Penampilannya yang tetap simple dan sederhana seakan tidak menghilang sosok Bisma yang sederhana meskipun namanya sudah menjadi besar sekarang.

"Bisma.." teriak sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu di ruang tunggu bandara itu. Disana juga ada kedua orang tua Bisma, Bisma pun melangkah mendekati mereka, orang terkasihnya.

"Bisma.. Mamah kangen nak sama kamu.. Muach" Tante Ati segera memeluk dan menciumi pipi juga kening putranya itu.

"Bisma juga ma.." lirihnya dalam pelukan mamanya lalu melepaskan pelukan itu.

"Woy sob.. Cielah si Bisma Karisma sekarang jadi dancernya Gege Torres euy, ahaydeh" ucap Doni dengan gaya lebaynya. Bisma tertawa kecil lalu merangkul sahabatnya itu.

"Makasih sob.. Ini juga karna bantuan loe dan kalian semua" ucap Bisma kepada Doni juga sahabat-sahabatnya yang lain.

"Bis.. Mamah bangga sama kamu Nak. Mamah bangga kamu sudah membuktika kepada mama dan dunia siapa diri kamu. Mamah bangga Nak" ucap Tante Ati. Bisma pun langsung memeluk sang mama. Terdengar isak tangis dari Bisma. Papanya, Om Karyana mendekati istri dan anaknya itu lalu menepuk pelan punggung Bisma yang sepertinya terharu itu.

"Papah juga bangga sama kamu Nak.. Bangga sekali, tetap jadi Bisma kebanggaan papah dan mamah ya meskipun kamu sudah besar sekarang" ucap Om Karyana dengan matanya yang sudah berkaca. Sahabat-sahabat Bisma menatap haru kearah Bisma dan keluarganya.

Bisma melepaskan pelukan sang mama lalu menghapus air matanya lalu tersenyum.

"Mah.. Makasih mama udah bawelin Bisma, makasih mamah udah marahin Bisma. Makasih Mah, tanpa ada mamah yang selalu ingetin kesalahan Bisma mungkin Bisma gak akan menjadi seperti ini. Mungkin Bisma akan menjadi anak yang manja. Makasih Mah.." Bisma menatap mamanya dalam, tante Ati tersenyum dan mengangguk. Bisma kemudian mengalihkan pandangan kepada papanya.

"Pah.. Makasih juga selama ini udah jadi papa yang hebat buat Bisma. Bisma gak tau kalau gak ada papa mungkin Bisma akan menjadi anak yang lemah saat mama marahin Bisma. Papa selalu memotivasi Bisma untuk tidak berhenti berusaha apalagi menangis. Makasih pah, Bisma tidak akan kecewakan papa juga mama" ucap Bisma. Om Karyana mengangguk dengan senyuman khasnya.

"Kalian... Uhh.. Aku sangat beruntung memiliki kalian. Terimakasih untuk selama ini, terimakasih untuk selama ini. Kalian yang ada disaat gue butuh. Kalian yang selalu support dan marahin gue, kalian tau gue tanpa syarat. Kalian keluarga kedua gue. Makasih atas semuanya, keberhasilan ini bukan pribadi milik gue. Ini milik kita semua...
Gue sayang kalian guys.. Kalian lebih dari sekedar sahabat" Bisma mengucapkan hal itu kepada semua sahabatnya. Sahabat-sahabat Bisma yang berada disitu pun merasa terharu, mereka kemudian berhamburan untuk memeluk Bisma.

"Tetap jadi kebanggaan kami Nak..
Papa sama Mama sayang kamu Bisma.." ucap Tante Ati dan Om Karyana yang hampir bersamaan.

"Iya Bis.. Kami juga sayang kamu..
Bismaaaa... Kami sayang kamu..." teriak sahabat-sahabat Bisma secara bersamaan. Suasana haru bahagia merona diantara Bisma dan sahabat-sahabatnya itu. Inilah kebahagiaan atas pencapaian Bisma selama ini.

Sahabat yang dimilikinya bukanlah sekedar omong kosong. Sebuah pembuktian akan usahanya tidak akan terwujud tanpa adanya sahabat-sahabatnya. Inilah indahnya persahabatan.


------------------------------------------------------
Jadilah terang jangan ditempat yang terang
Jadilah terang ditempat yang gelap
Jadilah jawaban jangan hanya kau diam
Jadilah jawaban diluar rumahmu
Ooo.. Jadilah jawaban
Ooo... Jadilah terang

Jadilah garam jangan ditengah lautan
Jadilah harapan jangan hanya berharap
Jadilah jawaban Jangan hanya ucapan
Jadilah jawaban jangan tambahkan beban
Ooo.. Jadilah jawaban
Ooo.. Jadilah terang

Kedamaian yang kita inginkan
Hanya ada bila hati kita bersama...
(Glenn Fredly~Terang)
------------------------------------------------------


THE END -






Ini karya aku untuk ultah kak Bisma,tp postingan terakhir ini sengaja aku post pas 2nd Anniv BISMANIAC :)
Nilai kehidupan yang mungkin ingin aku sampaikan lewat cerpen ini. Sebuah perjuangan hidup, ketidakputus asaan, dan arti persahabatan. Cerita ini sedikit aku bumbui dengan sedikit perjalanan kehidupan Kak Bisma yang aku tau, tapi sebagian besar adalah imajinasi aku.

Inilah karyaku. Semoga kalian yang membaca tau maksudnya. Tolong berikan komentarnya ya, yang panjang supaya saya bisa mengintropeksi kesalahan.
INI REAL KARYA SAYA SENDIRI. TIDAK COPAS DARIMANA PUN. DON'T JUDGE IF YOU DON'T LIKE IT.

-Ris4
Follow me @rhiriez_zmile

Bisma.. Kami sayang kamu :* part^3

Part 3 ~maaf ngaret~

------


"BISMA...." pekik seorang wanita paruh baya dari dalam sebuah rumah mewahnya.

Terlihat seorang anak kecil laki-laki tengah berlari menuju ke dalam rumahnya. Bocah berusia 10 tahun itu berlari dengan langkah seribu saat mendengar panggilan ibunya.


"Iya Ma.." ucap bocah kecil yang biasa dipanggil BISMA itu.

"Bisma.. Kamu nakal banget ya..
Sudah mama bilang kan kalau habis bangun tidur itu buruan mandi jangan langsung main. Kamu ini nakal banget sih.." omel sang mama kepada Bisma. Karena kebandelan Bisma itu akhirnya telinga kirinya lah yang menjadi korban. Tante Ati benar menjewer telinganya.

"Aduh aduh sakit ma, Ampuuun ;(" tangis dan mohon Bisma kepada sang mama.

"Gak bakal mama ampunin, kamu udah bandel.. Nih rasain lagi" geram Tante Ati lalu menjewer telinga kanan Bisma.


"Huaaa.. Ampun mama, sakit telinga Bisma :(" tangis Bisma lagi. Kali ini tangisnya lebih kencang dari sebelumnya.

Tante Ati masih saja menjewer telinga Bisma. Menurutnya, Bisma adalah anak yang sangat bandel. Bagaimana tidak? Sudah diberitahu ini tetap saja tidak berubah malah semakin menjengkelkan dirinya.
Bisma? Bocah kecil ini masih terus menangis sambil memohon kepada sang mama untuk melepaskan jewerannya. Kalimat-kalimat janji juga banyak keluar dari mulut kecil Bisma. Hingga akhirnya...



"Papa pulang..." teriak sang papa, Karyana, memasuki rumah mereka. Karyana baru saja pulang dari tugas kerjanya di Papua. Ya maklumlah, itu adalah tugasnya sebagai anggota keamanan negara.

Mendengar suara suaminya, Tante Ati langsung melepaskan tangannya dari telinga Bisma. Bisma pun langsung lari berhamburan menuju sang papa yang tengah berjalan memasuki rumahnya.


"Papa... hiks hiks hiks" tangis Bisma seraya memeluk erat sang papa.

"Loh Bisma kok nangis sayang? Bisma kenapa?" tanya Karyana sambil mengusap punggung Bisma untuk menenangkannya.

Bisma tak menjawab. Dirinya masih menangis sesenggukan dipelukan sang papa.
Tante Ati kemudian menghampiri suaminya.

"Mas udah pulang?" ucapnya seraya meraih punggung tangan suaminya lalu menciumnya sebagai tanda bakti seorang istri kepada suami.

"Iya.. Tugas aku udah selesai. Oya ini Bisma kenapa pagi-pagi gini udah nangis?" tanya Om Karyana kepada istrinya dan melirik Bisma yang masih sesenggukan dipelukannya.

"Itu mas anak kamu, nakal banget gak bisa dikasih tau.. Selalu aja bikin aku kesel" tungkas Tante Ati.

"Emang Bisma nakal kenapa sayang?" tanya Om Karyana kepada Bisma. Mendengar pertanyaan dari ayahnya itu kemudian Bisma mendongakkan kepalanya.

"Bisma gak nakal kok Pa..
Tadi Bisma liat odoth aja soalnya semalem odoth kekunci diluar. Bisma cuma takut ada apa-apa sama odoth pa.." adu bocah kecil ini kepada sang papa. Om Karyana tersenyum sambil mengelus puncak kepala Bisma. Sementara Tante Ati terlihat masih memasang muka kesalnya.

Odoth. Itu adalah nama monyet Bisma yang dibelikan papanya beberapa bulan yang lalu, saat umur Bisma genap 10 tahun. Setiap hari bahkan setiap malam Bisma selalu mengajak Odoth tidur dikamarnya, dengan alasan takut jika nanti odoth sakit, atau tidak takut jika odoth hilang.


"Ooh gitu.. Iya papa ngerti. Mungkin mama lagi capek aja jadi tadi marahin Bisma. Yaudah sekarang Bisma jangan nangis lagi yah, jangan nakal...muach" ucap Om Karyana seraya tersenyum dan mengecup kedua pipi Bisma.



***
Minggu berjalan berganti bulan. Bulanpun sama. Kini bulan telah berlalu dan berganti tahun. Tahun berjalan dengan cepat. Cepat sekali.

Bisma. Bocah kecil yang terkenal bandel oleh mamanya itu sekarang telah tumbuh menjadi remaja yang tetap bandel tapi prestasi yang diciptakannya mampu mengimbangi dan memberikan kesan bangga pada orang tuanya.

19 tahun umur Bisma sekarang. Sekarang dirinya duduk dibangku kuliah. Memilih fakultas art adalah keputusan Bisma. Dirinya besar menjadi pemuda yang manis, ganteng dan dikagumi banyak perempuan sebayanya. Prestasinya kali ini sudah menembus jalur internasional. Bahagia. Itulah yang dirasakan Bisma dan orang tua sekarang.

TBC !

Maaf ngaret. Maaf jelek. Maaf pendek.
Tapi inilah kemampuan saya. Silahkan like+coment ya..
Maaf kalo ceritanya agak gak nyambung soalnya ini kepepet.

@rhiriez_zmile

Bisma.. Kami sayang kamu... part^2

Part 2 ...
Happy reading :)


--------
Desa Sumedang yang terkenal sangat asri dan sejuk itu kini terlihat sedang aktif dengan aktivitas para warganya. Semua orang tengah asyik dengan kesibukannya masing-masing, menjalankan kewajibannya sebagai makhluk sosial.
Tak berbeda pula dengan Ati. Ibu muda ini terlihat sedang asyik ngerumpi dengan tetangga-tetangganya. Sedangkan si kecil Rian sedang asyik mendengarkan percakapan sang bunda yang menurutnya menarik.
"Aduh.. Rian lucu banget sih kamu sayang.. Muach muach" ucap salah satu tetangga Ati yang bernama Wiwik itu. Sedari tadi Wiwik sibuk menciumi kedua pipi Rian yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Iya nih.. Lucu banget..
Rian.. Rian.. Senyum dong senyumnya mana? Gantengnya mana hayoo??" goda tetangga Ati yang satu lagi. Wanita seumuran Ati yang bernama Puji ini terlihat sedang menggoda si kecil Rian. Entah mungkin Rian paham akan perkataan Puji itu atau apa, tapi Rian terlihat menyunggingkan senyum manisnya kepada semua orang yang sedari tadi bermain dengan tangan mungil dan pipi kecilnya.
"Yee si Rian ketawa Ti.. Anak kamu narsis juga ya ternyata..haha" ucap Wiwik disertai gelak tawa. Ati dan Puji juga ikut tertawa bersamanya. Ati tertawa kecil sambil mengelus kepala Rian. Rian pun tak mau kalah dengan ketiga wanita dihadapannya itu. Rian terlihat mengibas-ngibaskan tangan mungilnya kearah sang bunda dan kedua sahabat ibundanya itu.
"Yeee ikut-ikutan lagi..
Muach.. Cium lagi nih" gemas Wiwik dengan sekali lagi mencium pipi kanan Rian.
***
Hari berganti minggu, Minggu berganti bulan, dan bulan pun terus berjalan dengan cepatnya. Rian yang kini sudah berumur 1 tahun itu kini mulai lincah dengan aksi-aksinya yang semakin menggemaskan.
Ati terlihat senang melihat kondisi Rian yang seperti ini. Senyum kebahagiaan selalu terpancar dari bibirnya saat melihat kondisi Rian yang sehat itu. Namun tak jarang juga hatinya meraung saat melihat kondisi Rian yang setiap malam menggigil kedinginan dan sulit bernafas. Hal itu seakan ikut menyiksa diri Ati.
Malam ini, desa Sumedang kembali diguyur hujan deras, bahkan kali ini hujan itu turun bersama badai yang hebat. Suara petir yang memekakkan telinga itu juga semakin membuat hati Ati menciut. Di dalam buaiannya, si kecil Rian terus menangis dengan meronta-rontakan tubuh kecilnya itu dari gendongan sang bunda. Tangisnya semakin pecah saat terdengar suara petir dari luar.
"Yaampun Rian.. Bobok yuk sayang, ini udah malem banget..
Cupcupcup.." ucap Ati sambil terus menimang Rian dan menenangkan putranya itu.
Tangis Rian tak juga berkurang. Bahkan kini tangisnya semakin menjadi. Ati terus menimang buah hatinya ini dengan sepenuh hati.
2 jam hujan badai itu mengguyur desa Sumedang. Tepat tengah malam hujan itu mereda, tinggal rintik-rintik kecil yang masih mengguyur desa itu. Ati tengah sibuk mengelus rambut Rian sambil menyanyikan kecil lagu Nina Bobo untuk menidurkan sang putra. Si kecil Rian akhirnya terlelap dalam tidurnya. Tangisnya sudah tak lagi terdengar. Kini Ati sudah bisa tidur nyenyak, apalagi badannya sudah terasa capek.
***
Pagi hari mulai menyongsong. Cahaya matahari mulai memasuki celah-celah kamar Ati, membuat ibu muda ini terusik dan kemudian membuka matanya. Dirinya tersenyum tipis saat melihat jagoan kecilnya masih terlelap disampingnya.
Ati pun segera beranjak menuju kamar mandi untuk mandi pagi. Setelah selesai dirinya langsung beranjak membangunkan si kecil Rian lalu memandikan putra kecilnya itu.
Saat Ati sedang asyik memakaikan pakaian kepada tubuh kecil Rian tiba-tiba terdengar suara bel rumahnya seperti ada yang memencet.
Dengan langkah yang tak begitu cepat, Ati berjalan menuju pintu utama villanya dengan Rian yang berada dalam gendongannya.
'Ceklek...'
Pintu villa itu mulai di buka oleh Ati. Terlihat sosok pria dengan satu buah koper besar berdiri tepat didepannya setelah pintu dibukanya.
"Mas Kar..." pekik Ati tak percaya saat melihat sang suami telah berdiri didepan matanya.
"Mas kok pulang gak kasih kabar sih?" tanya Ati setelah meraih tangan suaminya dan mencium tangannya layaknya istri-istri pada umumnya.
"Surprise dong sayang.." ucap Karyana, suami Ati seraya menyunggingkan senyumannya untuk sang istri.
"Yaudah silahkan masuk Mas.. Mas pasti capek" ucap Ati mempersilahkan sambil tangan kanannya bergerak untuk menarik koper yang ada di samping suaminya, sedangkan Rian masih berada di tangan kirinya.
"Udah gak usah biar aku aja" ucap Karyana. Ati tersenyum dan mengangguk.
***
"Besok kita ke Bandung" ucap Karyana kepada sang istri yang tengah duduk disampingnya yang sedang memijit pundaknya itu.
"Kok buru-buru Mas.. Mas kan baru pulang, emang gak capek?" tanya Ati seraya menghentikan aktivitasnya dan duduk menghadap kepada sang suami yang tengah asyik bermain dengan si kecil Rian.
"Aku mau Rian cepet sembuh sayang..
Lagian aku juga udah cerita ke Ibu di Bandung, dan Ibu dukung aku untuk keputusanku untuk nginep kembali kesana" jelas Karyana sambil terus main dengan si kecil Rian. Rian yang sejak tadi bermain dengan sang ayah pun terlihat sangat bahagia. Tawa kecilnya sesekali terdengar terlontar dari mulut kecilnya.
"Terserah Mas aja gimana baiknya. Kalau aku mah ikut aja, Mas kan kepala keluarganya" ucap Ati. Karyana tersenyum mengahadap ke Ati dan kembali bermain dengan Rian.
***
Hari ini, keluarga kecil Karyana sudah sampai dirumah besar yang berada di kota Bandung. Rumah tempat tinggal keduanya dulu sebelum mereka memiliki Rian. Rumah milik orang tua Karyana yang sebenarnya sudah diberikan kepada Karyana dan Ati, tapi keduanya menolak dan lebih memilih hidup mandiri di Sumedang.
"Rian.. Rian sayang.. Main yuk sama Oma" ucap Ibu Cici, ibu dari Karyana dan ibu mertua dari Ati.
"Yaudah main yuk Oma" ucap Karyana dengan lucunya menirukan suara anak kecil. Nenek Cici itu akhirnya tertawa melihat ulah anaknya itu.
Nenek dan cucu itu bermain dengan asyiknya. Bahkan sampai asyiknya sampai lupa waktu. Kebahagiaan nenek Cici bertambah saat datangnya Rian, cucu laki-laki pertamanya yang sangat lincah dan pintar menurutnya.
"Ibu.. Rian boleh bobok gak? Rian udah ngantuk" ucap Ati dengan suara yang dibuat-buat layaknya anak kecil yang berbicara. Ati melihat Rian yang sudah menguap itu memang terlihat sangat capek. Sementara nenek Cici justru menunjukkan raut wajah sedinya saat Ati mengambil Rian untuk tidur.
"Yaudah, Rian bobok ya.. Selamat tidur sayang, mimpi yang indah ya....muach" ucap nenek Cici seraya mengecup kening Rian.
Ati pun menerima Rian dari gendongan nenek Cici. Rian yang sedari tadi sudah menguap itu langsung tertidur saat sang bunda merobohkannya diatas ranjang tidurnya. Tidurnya langsung lelap.
Ati yang sudah menidurkan Rian itu kemudian menghampiri sang suami yang masih asyik melihat acara televisi bersama mertuanya di ruang keluarga. Terlihat ada obrolan yang serius diantara Karyana dan sang ibu.
"Serius amat yah.." ucap Ati seraya duduk disamping kanan Ati.
"Ini ayah lagi bicara sesuatu sama Ibu" jawab Karyana sambil menatap Ati.
"Ngomongin apa yah?" tanya Ati yang mulai penasaran.
"Begini Ati..
Ibu punya usul, gimana kalau kalian ganti namanya Rian" ucap nenek Cici terpotong karena beliau meraih cangkir teh yang ada didepannya kemudian meneguk isinya.
"Maksud ibu?" tanya Ati bertambah bingung dengan ucapan ibu mertuanya itu. Karyana masih saja fokus kepada layar televisinya.
"Begini Ati..
Menurut orang-orang tua dulu, kalau anak kecil gampang sakit-sakitan itu harus diganti namanya dengan nama yang lebih kuat dengan harapan dia bisa hidup dengan lebih sehat dari sebelumnya" jelas nenek Cici. Karyana dan Ati mendengarkan betul-betul petuah orang tuanya itu. Karyana terlihat mengangguk-mengangguk kecil menanggapi ucapan ibunya, sedangkan Ati masih memasang wajah bingung.
"Tapi bu, kira-kira nama Rian dirubah jadi siapa ya?" tanya Ati kepada ibu mertuanya.
Semua orang terlihat diam. Raut wajah masing-masing diantaranya terlihat sedang memutar otak untuk mencari nama yang cocok untuk merubah nama Rian. Suasana hening.
Dan...
"BISMA..
BISMA KARISMA" ucap nenek Cici sambil menaikkan nada bicaranya.
"Bisma??" ucap Karyana dan Ati bersamaan.
"Iya. Bisma.
Bisma itu nama salah satu penokohan wayang yang terkenal sangat kuat. Dirinya yang kuat dan baik, tak terkalahkan dan tak sombong. Ibu pikir nama itu cocok buat Rian yang punya dasar anak yang lincah" jelas nenek Cici kepada Karyana dan Ati.
"Bagus bu, bagus juga. Siapa tau dengan nama itu, Rian eh Bisma bisa lebih kuat, dan berguna untuk semua orang" ucap+harap Karyana.
"Iya yah, bu.. Aku juga setuju" setuju Ati juga.
"Yasudah, besok kita adakan doa bersama untuk penggantian nama Bisma. Mending sekarang kalian tidur, ibu juga mau tidur. Udah ngantuk" ucap nenek Cici seraya berlalu dari ruang keluarga dan meninggalkan sepasang suami-istri yang masih duduk disana.
Ati dan Karyana mengangguk dan tersenyum kearah nenek Cici.
"BISMA KARISMA... Nama yang bagus ya yah, semoga Bisma bisa besar sesuai dengan harapan kita ya yah :)" ucap Ati seraya memeluk Karyana, suaminya.
Coment yaaaa semua :)
Tunggu part 3 dan 4 nya :)

Bisma... Kami sayang kamu... part^1

Bisma... Kami sayang kamu :* | CERPEN | Part1
Tittle : Bisma ???
Genre : Sad, Family, Happy Ending
Cast : Bisma Karisma
Author : Arisa Kanagaki
-Cerpen Motivasi-
Rintik hujan terus membasahi atap villa sederhana ini. Sebuah villa kecil yang berada di tengah perkebunan teh yang lumayan luas. Di dalam villa itu terdapat seorang ibu muda dan bayi laki-lakinya yang beberapa minggu yang lalu dilahirkannya. Suasana terlihat sepi karena sang bayi tengah mengalami demam. Mungkin karena pengaruh cuaca yang tidak bersahabat dengan kondisi sang bayi yang masih rentan itu, atau mungkin karena mungkin sang bayi itu sedang menaruh kerinduannya kepada sang ayah yang sejak 6 bulan yang lalu menjalankan tugas di luar kota yang sangat jauh. Maklumlah sang ayah adalah seorang ajudan negara.
Terlihat di sebuah kamar kecil yang ada didalam villa itu, seorang wanita yang kira-kira berusia 25 tahun itu tengah mondar-mandir sambil menaruh bayinya dalam gendongannya. Beraneka macam cara dilakukannya agar tangis sang anak mereda, namun semua berbuah nihil. Hujan yang tak kunjung reda menambah rasa tak tenang pada wanita yang baru saja menjadi ibu ini.
"Sutsut.. Rian bobok ya sayang.. Suuttt" ucapnya lirih sambil terus mengayunkan pangeran kecilnya itu dalam buaiannya.
Afriansyah Putra Karisma. Seorang pangeran kecil yang diberikan Tuhan kepada wanita itu adalah tambahan kekuatan untuk mengobati rasa rindunya terhadap sang suami.
Kelahiran Rian, panggilan bocah kecil itu, memang sangat diharapkan keluarganya, terutama untuk Ati dan sang suami, Karyana. Setelah sekitar 2 tahun pernikahannya, barulah mereka diijinkan untuk merawat seorang bayi.
"Yaampun hujannya kok gak reda-reda sih..
Badan Rian makin panas lagi" Ati terlihat semakin gusar. Apalagi saat melihat wajah putra yang terlihat sangat pucat dan lemas karena merasakan demam ditubuhnya.
***
Hujan yang sedari kemarin mengguyur Kota Sumedang itu akhirnya reda. Kali ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ati segera bergegas keluar rumah untuk menuju rumah dokter praktek yang berada tak jauh dari villa tempatnya bernaung. Tak lupa Ati mengenakan sebuah jaket tebal ketubuh si kecil Rian. Rian tengah tertidur meskipun panas di tubuhnya tak kunjung menurun.
***
Dr. Ani sedang sibuk memeriksa seorang bayi kecil yang ganteng ini. Sementara ibunda dari sang bayi tengah berdiri disampingnya sambil mengelus pipi putranya yang sedang di periksa.
Dr. Ani melepaskan stetoskop yang sedari tadi menempel di telinganya. Tanpa banyak berbasa-basi, Dr. Ani kemudian duduk di kursi kerjanya. Ati pun mengikuti dari belakangnya dan kemudian duduk tepat di depan Dr. Ani.
"Anak saya gak papa kan dok? Cuma demam biasa kan?" tanya Ati bertubi kepada Dr. Ani yang sudah selesai memeriksa putra kecilnya.
Dr. Ani menghela nafasnya berat. Dengan raut wajah yang tidak meyakinkan, Dr. Ani mulai membuka suara.
"Ibu Ati.. Maaf ya sebelumnya..
Saya harus katakan seperti yang beberapa bulan lalu saya katakan ke ibu..
Paru-paru Rian lemah bu, mungkin karena kelahirannya kemarin yang prematur membuat Rian seperti ini" jelas Dr. Ani kepada Ati.
2 bulan yang lalu.. Ati melahirkan dengan usia kandungannya yang masih 7 bulan, dan karena pada saat itu air ketubannya sudah pecah jadi Ati harus melahirkan pada saat itu juga. Dan sebagai akibatnya, paru-paru Rian terganggu. Paru-paru Rian lemah karena memang belum waktunya dia lahir alias masih premature.
Ati menunduk sedih mendengarkan penjelasan dari Dr. Ani yang menurutnya sangat menyayat hatinya. Matanya yang hampir meneteskan sebulir bening air mata itu kemudian segera diangkatnya, kepalanya bergerak menyamping untuk melihat kearah sosok putra kecilnya yang rapuh itu.
"Bu Ati.." panggil Dr. Ani. Ati pun segera memalingkan pandangannya dan menatap Dr. Ani dengan penuh harap.
"Saya sarankan Ibu memeriksakan keadaan paru-paru Rian ke dokter specialis yang ada di kota. Saya ini dokter umum bu, saya hanya bisa menerka-nerka saja..
Jadi saya anjurkan ibu Ati membawa Rian ke kota" tutur Dr. Ani panjang lebar. Ati tak menjawab. Kepalanya terlihat bergerak naik turun menandakan dirinya mengerti dan paham akan pernyataan Dr. Ani itu.
"Baiklah dok..
Saya akan segera bawa Rian ke kota. Terimakasih ya dok" ucap Ati sambil menyunggingkan senyumnya agar terlihat tegar, padahal sebenarnya hatinya sangat bersedih saat mendengar berita itu.
"Yasudah..
Untuk mengurangi demam Rian sekarang.. Ini saya kasih resep, silahkan ibu tebus di apotek depan ya..
Disitu juga sudah saya tulis vitamin buat Rian, supaya tubuh Rian gak gampang terserang penyakit demam seperti ini" jelas Dr. Ani lagi. Lagi-lagi Ati mengangguk.
***
"Mas..
Mas kapan pulang?" ucapnya dengan nada yang lembut. Sebuah telefon genggam tengah menempel di telinga kanannya, sedangkan tangan kirinya tengah menggendong putra kecilnya yang sedang asyik memainkan main yang beberapa hari yang lalu dibelikannya.
"Masih lama sayang..
Tugas aku masih banyak disini" suara seorang pria terdengar dibalik telefon genggam itu.
"Yah mas..
Tolonglah minta cuti ke atasan Mas, Rian lagi sakit mas.." mohon Ati kepada seseorang yang ternyata suaminya ini.
"Iya sayang..
Aku usahain ya.. Yaudah aku tutup dulu ya telfonnya, aku masih ada tugas..muach titip salam buat jagoan ayah ya.." ucap pemuda itu. Tak lama kemudian Ati menghentikan saluran telfonnya.
Setelah menerima telfon dari suaminya, Ati kembali asyik bermain dengan si kecil, Rian. Tangannya terus mengelus lembut kepala mungil Rian itu. Rian yang tidak sedang tidur itu merasakan kasih sayang yang diberikan bundanya. Segurat senyum kecil terlukis di bibir mungil Rian.
Coment plisssss :)
Follow me @rhiriez_zmile

Jumat, 01 Februari 2013

"BAJA"




--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
" Saat lunak bisa menjadi keras karena membeku,
Pada saat itu pulalah terlihat sebuah keyakinan..
Dan saat keras itu mulai meleleh, ketahuilah bahwa pada saat itu pula sebuah ketegaran mulai hilang... "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            'Ccciiitt cit..cit...cuiit...cit'

            Suara kicauan burung-burung pantai terdengar bersahutan menyambut datangnya si raja hari. Cahaya terang terpancar, mulai membelah setiap celah-celah daun kelapa yang tengah bergerak lembut tertiup angin pantai. Deburan air laut merupakan musik klasik yang tak pernah lupa mengalun disetiap sisi pesisir selatan ini. Puluhan kepala-kepala bersemangat terlihat berjalan menuju peraduan dengan kail dan jala yang selalu setia bersama mereka. Laut. Tempat mereka mencari penghidupan itu adalah tempat diam yang sangat kaya. Sungguh ciptaan Yang Maha Kuasa yang sangat istimewa. Berjuta kehidupan disana terus terpancar, suatu kehidupan yang tidak hanya bermakna tapi juga harus dimaknakan.

            Tak berbeda dengan kebanyakan orang lainnya yang dengan semangat berjalan bahkan berlari menuju sampan-sampan kecil mereka untuk bersiap menangkap ribuan mata kecil dari lautan. Pemuda berusia 17 tahun itu terlihat begitu sibuk dengan jala yang ada di pangkuannya sekarang. Jala yang robek karena tersangkut karang besar tajam dua hari yang lalu itu membuat dirinya harus berdiam untuk merajutnya menjadi baik kembali. Kemal. Pemuda pantai yang terkenal keramahan dan kecerdasannya itu terlihat bersemangat menyilangkan tangannya ke kanan bahkan ke kiri. Banyak kekurangan yang dia miliki, tapi dirinya tak pernah merasa berbeda. Bahkan Kemal termasuk pemuda yang kuat dan selalu memotivasi orang lain. Kemal terlahir dari keluarga nelayan yang bisa dikatakan cukup dalam hal ekonomi, tapi itu semua berubah sejak 10 tahun yang lalu. Sejak tsunami besar menghantam pemukiman tempat tinggalnya. Semua hancur. Semua hilang. Hilang ditelan sang bumi. Semua kebahagiaannya hilang disapu bersih oleh tsunami saat itu, tak ada yang tersisa sedikitpun. Bahkan sang ayah yang dijadikan motivasinya juga hilang terbawa laju arus tsunami pada waktu itu.

            Kini yang ada bukanlah Kemal yang dulu. Kini yang ada adalah Kemal yang cacat dengan kedua kakinya yang hilang karena ulah tsunami itu dan hidup bersama ibunya yang sakit-sakitan. Penyakit tua yang menyerang sang ibu menuntut Kemal yang secara fisik juga kurang itu untuk bekerja lebih giat untuk mendapatkan uang lebih untuk pengobatan sang ibu.

                                                                        ***

            "Kemal... uhuk... Kemaaal" panggil ibu Kemal lirih dari dalam rumah gubuk kecil tempat Kemal dan sang Ibu berteduh setiap hari. Kemal yang sedari tadi sibuk memperbaiki jalanya yang rusak itu kemudian memalingkan wajahnya untuk melihat ke sumber suara.
Terlihat disana seorang wanita tua yang tak lain adalah ibunya itu tengah berjalan dengan tergopoh menuju kearahnya. Dengan jalan yang susah dan dengan beberapa kali batuk, ibunya kemudian menghampirinya.

            "Emak.." kaget Kemal. Dengan cepat Kemal menyingkirkan jala yang sedari tadi membalut hampir seluruh kakinya itu lalu meraih dua tongkat kayu yang bersandar disampingnya.

            "Emak kenapa bangun? Kemal kan sudah bilang kalau hari ini Emak harus istirahat sampai emak benar-benar sembuh" ucap Kemal seraya memapah sang ibu menuju dipan beralaskan tikar kumel tempat ibunya berbaring tadi. Meskipun sulit bagi Kemal untuk berjalan dalam posisi seperti itu namun Kemal tetap berusaha tersenyum didepan ibunya. Ia tau ibunya akan khawatir jika melihatnya seperti itu.

            "Uhuk..uhuk...tapi emak tidak apa-apa Kemal..
Emak mau ikut kamu melaut hari ini...uhuk" ucap ibu Kemal seraya duduk dan memegang dadanya yang pernah dikeluhkan sakit saat digunakan batuk itu.

            "Tapi emak kan masih sakit. Kemal tidak mau jika nanti sakit emak bertambah parah..sekarang mendingan emak istirahat lagi. Kemal juga mau berangkat sebelum waktu bertambah siang, mak" ucap Kemal seraya membantu ibunya berbaring lagi.

            "Yasudah, kamu hati-hati ya Kemal.." pesan ibu kepada Kemal. Kemal mengangguk dan tersenyum kearah ibunya yang terkasih.

            "Kemal berangkat mak.." Kemal meraih tangan kanan sang ibu lalu menciumnya. Itu adalah tanda baktinya sebagai anak satu-satunya yang dimiliki ibunya.

            "Assalamualaikum" Kemal

            "Waalaikumsalam.....uhuk"

            Kemal pun meraih tas kecilnya yang terbuat dari anyaman tumbuhan teratai yang beberapa tahun silam dibelikan oleh ayahnya. Selain itu, tak lupa juga Kemal membawa barang-barangnya untuk mencari ikan. Barang-barang yang masih tersisa sebagai alatnya mendapatkan penghidupan.

                                                                        ***

            Panas terik memantul pada permukaan laut. Udara angin semilir membelai setiap celah daun kepala yang bertengger di bibir pantai. Suara gemuruh yang diciptakan ombak-ombak besar itu terdengar sedikit menakutkan. Terdengar mengancam setiap orang yang hidup disekitarnya.

            Disebuah rumah gubuk kecil dekat bibir pantai itu tepatnya diantara dua pohon kelapa besar terlihat seorang ibu tua yang tak lain adalah ibu Kemal tengah duduk di atas kursi panjangnya. Ibu tua itu terlihat tak diam. Ditangannya terlihat banyak sekali batang-batang lidi yang sudah terpisah dari daunnya. Tangan tuanya terlihat masih cekatan menganyam satu persatu lidi-lidi itu.

            "Uhuk..uhuk.."
            Batuk itu terkadang hadir disela-sela kesibukannya. Dadanya terasa sesak apabila digunakannya untuk batuk. Ibu tua itu divonis oleh dokter setempat tengah mengidap penyakit paru-paru basah. Dan hal itulah yang membuat ibu dari Kemal itu sering batuk bahkan tak jarang batuknya mengeluarkan darah.

                                                                        ***


           
Kemal tengah berada ditengah lautan. Dirinya tak sendiri. Kemal ikut nelayan yang berlayar ke laut. Dirinya yang kurang dalam segi fisik dan ditambah lagi tak memiliki sampan untuk berlayar itu selalu ikut bersama nelayan lain. Mencari ikan bersama kemudian hasilnya dibagi 40 persen untuk Kemal dan 60 persen untuk pemilik sampan. Meskipun bagian yang diterima Kemal itu tak sebanding dengan pekerjaannya namun Kemal tetap bersyukur dan selalu mengucapkan terima kasih akan rejeki yang diterimanya.

            Siang ini Kemal sudah merapat di bibir pantai dekat pasar ikan tempatnya biasa menjual hasil tangkapannya.

            Ikan-ikan yang didapatkannya itu ditaruhnya dalam wadah seperti tas namun terbuat dari karung beras dan berukuran dua kali lebih besar dari ukuran tas kresek biasanya. Decitan tongkat tua Kemal terdengar mengiringi langkah Kemal. Langkah kosong yang tak berbekas.

            Setelah beberapa lama Kemal mengayunkan sepasang tongkatnya itu, Akhirnya Kemal sampai di pasar ikan tempat tujuan awalnya. Tanpa membuang-buang waktu karena hari sudah semakin siang. Kemal segera menjual ikan hasil tangkapannya itu kepada pengepul yang biasa menampung hasil tangkapan nelayan Desa Pesisir Raya, desa tempat Kemal tinggal.

            "8 kilogram" ucap pria berusia paruh baya itu sambil tangannya menyeimbangkan timbangan gantung yang digunakan untuk menimbang hasil tangkapan nelayan desa itu.

            "Hei Kemal, hari ini hasil kao sedikit sekali. Tak seperti kemarin-kemarin, hasil kao sekarang turun hampir 50 persen. Ada apa dengan kao ini Kemal?" tanya pria paruh baya itu dengan logat khasnya.

            "Hari ini saya berangkat terlalu siang udo.. Sakit emak tambah parah, jadi saya harus merawatnya dulu tadi." jelas Kemal sambil mengemasi barang-barangnya.

            "Yasudahlah..  Ini saya kasih kamu uang seperti biasa saja, saya kasian sama emak kao yang sakit itu" ucap pria itu seraya menyerahkan beberapa lebar uang puluhan ribu kearah Kemal.

            "Kenapa begitu udo? Saya tidak mau mengambil semua. Saya kan hanya bekerja setengah hari ini, jadi saya mau ambil uang bayaran saya saja.. Tak perlu udo menyerahkan semuanya ke saya" tolak Kemal dengan nada sopan.
Pria itu menghela nafas panjang lalu membuangnya pelan. Ditariknya lagi tangannya yang tadi menjulur didepan Kemal. Beberapa lembar uang puluhan ribu kemudian diambilnya lagi dan disimpannya kedalam sakunya.

            "Ini .. Rp. 40000 gaji kamu hari ini Kemal.. Semoga ibu kao lekas sembuh ya.." ucapnya.

            "Terimakasih udo.. Saya pamit..Assalamualaikum" pamit Kemal seraya berbalik lalu mengayunkan tongkat-tongkatnya untuk meninggalkan area pasar ikan itu.


                                                                        ***

            "Jadilah sebuah baja yang kuat, Nak.. Tapi ingatlah, jangan jadikan hatimu seperti baja"

            Pesan terakhir dari ayahnya itu masih terngiang di benak Kemal. Sang ayah yang menurutnya sangat hebat itu selalu memberikan kata-kata motivasi dan penyemangat untuk Kemal.

            Ayah Kemal selalu berpesan kepada anak satu-satunya itu untuk selalu bersifat rendah hati kepada semua orang. Sifat itulah yang selalu diajarkan dan dikuatkan oleh Ayahnya. Alasan yang didapatkan Kemal saat Kemal bertanya mengapa hal itu harus dilakukan adalah supaya kelak Kemal bisa menjadi seseorang yang berguna di masyarakat. Selain itu supaya Kemal menjadi pribadi yang mempunyai tenggang rasa tinggi dan semangat hidup yang tinggi meskipun memiliki beberapa kekurangan.

            "Ingat Kemal.. Seseorang itu tidak ada yang terlahir sempurna. Setiap orang itu selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mencapai kesempurnaan itu. Begitu juga dengan kamu, kelak kalau kamu besar kamu harus jadi kebanggaan emak dan bapak ya Kemal.." pesan-pesan sang ayah pada saat Kemal berumur 5 tahun.

            Kemal selalu mengingat hal itu. Diingatnya selalu kata-kata ayahnya. Dirinya berjanji untuk menjadi kebanggaan emak-nya.

                                                                        ***

            Beberapa hari berlangsung sama. Keadaan Kemal masih saja seperti biasanya. Sedangkan kehidupan ibu Kemal terlihat sudah membaik, batuknya sudah jarang kambuh. Kemal merasa senang melihat kesembuhan ibunya itu.

            "Emaaaakkk... Kemal pulang mak.." teriak Kemal saat berada di pelataran rumahnya. Sang ibu yang berada di dalam rumah pun langsung keluar karena bingung mengapa anaknya berteriak-teriak seperti itu.

            "Kemal, tidak usah teriak-teriak dong.. Emak emang sudah tua, tapi emak belum tuli Kemal" ucap ibunya sambil berjalan menghampiri sang anak.

            "Emak tau gak? Kemal lagi seneng mak.." ucap Kemal seraya memeluk ibunya.

            "Memang hal apa yang membuat kamu senang?" tanya Ibu Kemal penasaran.

            "Kemal tadi bertemu seseorang dari kota, mak.. Dia bilang dia akan membantu Kemal dan emak" ucap Kemal seraya duduk di kursi panjangnya kemudian diikuti sang ibu.

            "Maksudnya?" tanya Ibu Kemal semakin bingung dengan arah pembicaraan Kemal.

            "Begini mak... Tadi orang itu bilang bahwa dia adalah saudara bapak yang tinggal di kota. Dan dia bilang juga bahwa kita akan diajaknya ke kota, dan emak akan diobatkan disana" ucap Kemal dengan raut wajah sumringah. Sementara sang ibu merasa ada yang ganjal dalam pembicaraan ini.

            Kemal yang sedari tadi tersenyum bahagia itu kemudian melirik ibunya yang masih murung.

            "Emak kenapa? Emak gak seneng?" tanya Kemal.

            "Eh..em.. Emak seneng Kemal, tapi yang emak bingung adalah cerita kamu yang bilang itu saudara bapak. Setau emak, bapak itu anak satu-satunya dan semua keluarga bapak itu sudah meninggal" ucap Ibu Kemal. Kemal yang mendengarnya pun sontak menganga kaget.

            "Yang benar mak?" ucap Kemal meyakinkan. Sang ibu kemudian mengangguk.

            "Em..tapi sepertinya itu orang baik, mak..
Lusa Kemal mau bertemu orang itu lagi, dan Kemal janji pasti Kemal kenalin ke emak. Pasti emak kenal" ucap Kemal masih bersemangat. Sementara sang ibu hanya mengangguki ucapan Kemal, yang sebenarnya hatinya masih bertanya-tanya siapakah orang yang dimaksud Kemal itu.

                                                                         ***

            Dua hari berlalu sejak Kemal menceritakan pengalaman dirinya bertemu sosok yang mengaku sebagai saudara ayahnya. Hari ini bersama waktu yang telah ditentukan Kemal bertemu dengan orang itu lagi di dermaga kecil dekat pasar kecil tempat Kemal biasa menjual hasil tangkapannya. Kemal terlihat bersemangat menunggu orang itu. Semangatnya terletak pada kata-kata orang itu beberapa hari yang lalu bahwa dia akan mengobatkan ibu Kemal yang sakit keras itu.

            Hampir memakan waktu 2 jam Kemal menunggu. Antara jenuh dan rasa tak sabar yang Kemal rasakan. Saat Kemal sedang berbicara dengan beberapa orang disana tiba-tiba menepilah sebuah kapal feri kecil ke dermaga itu. Kapal feri itulah yang kemarin membawa orang misterius kenalan Kemal.
            Saat pintu kapal terbuka terlihatlah beberapa orang berhamburan ke dermaga kecil itu. Mata Kemal seakan menelisik mencari sosok pria setengah baya yang menjanjikannya itu. Matanya terus mencari sampai akhirnya.

            "Pak Doni..." teriak Kemal saat melihat orang yang ditunggunya keluar dari pintu sisi belakang kapal. Orang yang merasa dipanggil namanya itu kemudian berjalan menuju kearah Kemal berdiri.

            "Hay Kemal" sapa pak Doni.

            "Hay juga bapak.." balas Kemal seraya mencium tangan kanan Pak Doni.

            "Bagaimana dengan tawaran saya? Ibu kamu mau?" tanya Pak Doni.

            "Emak saya belum menjawab pak.. Mari bapak ikut saya saja..
Emak pasti senang jika emak bertemu dengan bapak" ajak Kemal. Pak Doni mengangguk dan mengikuti langkah Kemal.

                                                                        ***

            Sepanjang perjalanan banyak sekali hal yang dibicarakan antara Kemal dan Pak Doni. Banyak pembahasan antara keduanya, antara pembahasan mengenai kehidupan Kemal dan emaknya, pembahasan mengenai penyakit emak Kemal, mengenai rencana apabila sudah pindah ke kota... Semuanya dibahas dalam perjalanan yang lumayan memakan waktu itu.

            Setelah sekitar satu jam dari dermaga menyusuri bibir pantai menuju rumah Kemal. Akhirnya Kemal dan Pak Doni sampai di rumah Kemal yang kecil dan bisa disebut tak layak huni itu.

            "Ayo pak masuk.. Maaf rumah saya jelek" ucap Kemal mempersilahkan.

            "Oh tidak.. Rumah kamu bagus, bersih dan rapi" ucap Pak Doni seraya mengikuti langkah Kemal melangkah memasuki pintu masuk yang berukuran cukup sempit itu.

            "Emak.." panggil Kemal.

            "Emak.. Emak dimana sih?" teriak Kemal.

            Beberapa kali Kemal meneriaki emaknya dan tidak ada sahutan akhirnya Kemal memutuskan untuk mencari emaknya ke kamar tempat emaknya biasa berbaring.

            "EMAK!!!" pekik Kemal saat melihat emaknya tengah batuk-batuk dengan banyak darah disana. Kemal segera mempercepat langkah tongkatnya lalu duduk ditempat tidur kecil milik emaknya. Diikuti pak Doni juga dari arah belakangnya.

            "Emak.. Emak kenapa? Emak, jangan tinggalin Kemal..." ucap Kemal seraya menitikkan air mata. Kemal sangat sedih, Kemal tidak mau kehilangan sosok orang tuanya lagi. Dirinya akan sangat rapuh jika itu terjadi.

            "Kemal..tenang ya.." ucap Pak Doni seraya mengusap punggung Kemal bermaksud untuk menenangkan Kemal. Kemal terus menangis.

            Mata ibu Kemal yang sedari tadi tertutup itu perlahan terbuka. Dilihatnya sang anak yang menangis dipelukannya. Dilihat juga seorang pria setengah baya yang berdiri disamping anaknya.

            "Doni..." ucap Ibu Kemal lirih.

            "Mbak Sekar.. Mbak gak papakan?" ucap Pak Doni khawatir.

            "Doni.. Kamu Doni adik angkat Mas Cokro kan?" lirih Ibu Kemal memastikan bahwa orang yang berada dihadapannya itu adalah adik angkat dari suaminya.

            "Iya mbak.. Aku Doni.." ucap Pak Doni seraya mencium tangan kanan kakak ipar angkatnya itu.

            "Doni.. Mbak titip Kemal ya.. Jaga dia ya.. Mbak.. Mbak udah gak kuat, Don" ucap Ibu Kemal sedikit terpotong-potong karena nafasnya yang tersengal.

            "Emak ngomong apa sih? Kemal gak mau kehilangan emak.. Kemal gak mau..." ucap Kemal histeris. Pak Doni terus menenangkan Kemal.

            "Don.. Titip Kemal ya.." ucap nya lagi. Pak Doni mengangguk meskipun matanya juga mengalir air mata kesedihan disana.

            "Kemal.. Selalu jadi baja ya nak.. Jadi baja yang kuat. Banggakan emak dan bapak ya.. Emak dan bapak selalu jaga kamu dari sana.. Janji sama emak...uhuk" ucap ibu Kemal. Kemal tak menjawab. Air matanya menghambat semua perkataan yang akan diucapkannya.

            Tangan ibu Kemal yang sedari tadi berada di genggaman tangan Kemal itu perlahan melemah. Matanya menutup pelan. Setelah beberapa lama suasana hening. Sudah tak ada lagi nafas mengalir dibadan ibu Kemal.

            "Emaaaakkkk....." teriak Kemal menangisi ibunya yang telah tiada ini.

            "Kemal.. Sudah nak, ada paman disini..
Paman akan jaga Kemal.. Ya.. Senyum nak" ucap Pak Doni menyemangati Kemal. Kemal yang lemas itupun hanya mengangguki ucapan Pak Doni.

                                                                        ***

           
            Hari ini setelah pemakaman sang ibu. Kemal pergi ke kota bersama paman angkatnya, Pak Doni. Dengan berat hati rasanya Kemal harus meninggalkan Desa Pesisir Raya ini. Desa dimana Kemal lahir, desa dimana Kemal kehilangan ayahnya, kehilangan kedua kakinya dan terakhir kehilangan ibunya.
            Sebuah baja kecil berbentuk segitiga yang berada didalam anyaman lidi-lidi kecil itu merupakan kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan ibunya untuk Kemal. Meninggalkan desa itu dengan berat hati. Meninggalkan semua kenangan buruk dan membawa sebagian kenangan manisnya bersama emak dan bapaknya. Kemal pun pergi untuk memulai hidup barunya di kota bersama Pak Doni.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadilah BAJA untuk sebuah kehidupan..
Tapi jangan jadikan hatimu seperti BAJA karena itu akan memudarkan ketenggang rasaan..
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jadilah terang.. Jangan di tempat yang terang..
Jadilah terang di tempat yang gelap..
Jadilah jawaban jangan hanya kau diam..
Jadilah jawaban di luar rumahmu..."
Glenn Fredly~Terang