Kamis, 07 Februari 2013

Bisma... Kami sayang kamu... part^1

Bisma... Kami sayang kamu :* | CERPEN | Part1
Tittle : Bisma ???
Genre : Sad, Family, Happy Ending
Cast : Bisma Karisma
Author : Arisa Kanagaki
-Cerpen Motivasi-
Rintik hujan terus membasahi atap villa sederhana ini. Sebuah villa kecil yang berada di tengah perkebunan teh yang lumayan luas. Di dalam villa itu terdapat seorang ibu muda dan bayi laki-lakinya yang beberapa minggu yang lalu dilahirkannya. Suasana terlihat sepi karena sang bayi tengah mengalami demam. Mungkin karena pengaruh cuaca yang tidak bersahabat dengan kondisi sang bayi yang masih rentan itu, atau mungkin karena mungkin sang bayi itu sedang menaruh kerinduannya kepada sang ayah yang sejak 6 bulan yang lalu menjalankan tugas di luar kota yang sangat jauh. Maklumlah sang ayah adalah seorang ajudan negara.
Terlihat di sebuah kamar kecil yang ada didalam villa itu, seorang wanita yang kira-kira berusia 25 tahun itu tengah mondar-mandir sambil menaruh bayinya dalam gendongannya. Beraneka macam cara dilakukannya agar tangis sang anak mereda, namun semua berbuah nihil. Hujan yang tak kunjung reda menambah rasa tak tenang pada wanita yang baru saja menjadi ibu ini.
"Sutsut.. Rian bobok ya sayang.. Suuttt" ucapnya lirih sambil terus mengayunkan pangeran kecilnya itu dalam buaiannya.
Afriansyah Putra Karisma. Seorang pangeran kecil yang diberikan Tuhan kepada wanita itu adalah tambahan kekuatan untuk mengobati rasa rindunya terhadap sang suami.
Kelahiran Rian, panggilan bocah kecil itu, memang sangat diharapkan keluarganya, terutama untuk Ati dan sang suami, Karyana. Setelah sekitar 2 tahun pernikahannya, barulah mereka diijinkan untuk merawat seorang bayi.
"Yaampun hujannya kok gak reda-reda sih..
Badan Rian makin panas lagi" Ati terlihat semakin gusar. Apalagi saat melihat wajah putra yang terlihat sangat pucat dan lemas karena merasakan demam ditubuhnya.
***
Hujan yang sedari kemarin mengguyur Kota Sumedang itu akhirnya reda. Kali ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ati segera bergegas keluar rumah untuk menuju rumah dokter praktek yang berada tak jauh dari villa tempatnya bernaung. Tak lupa Ati mengenakan sebuah jaket tebal ketubuh si kecil Rian. Rian tengah tertidur meskipun panas di tubuhnya tak kunjung menurun.
***
Dr. Ani sedang sibuk memeriksa seorang bayi kecil yang ganteng ini. Sementara ibunda dari sang bayi tengah berdiri disampingnya sambil mengelus pipi putranya yang sedang di periksa.
Dr. Ani melepaskan stetoskop yang sedari tadi menempel di telinganya. Tanpa banyak berbasa-basi, Dr. Ani kemudian duduk di kursi kerjanya. Ati pun mengikuti dari belakangnya dan kemudian duduk tepat di depan Dr. Ani.
"Anak saya gak papa kan dok? Cuma demam biasa kan?" tanya Ati bertubi kepada Dr. Ani yang sudah selesai memeriksa putra kecilnya.
Dr. Ani menghela nafasnya berat. Dengan raut wajah yang tidak meyakinkan, Dr. Ani mulai membuka suara.
"Ibu Ati.. Maaf ya sebelumnya..
Saya harus katakan seperti yang beberapa bulan lalu saya katakan ke ibu..
Paru-paru Rian lemah bu, mungkin karena kelahirannya kemarin yang prematur membuat Rian seperti ini" jelas Dr. Ani kepada Ati.
2 bulan yang lalu.. Ati melahirkan dengan usia kandungannya yang masih 7 bulan, dan karena pada saat itu air ketubannya sudah pecah jadi Ati harus melahirkan pada saat itu juga. Dan sebagai akibatnya, paru-paru Rian terganggu. Paru-paru Rian lemah karena memang belum waktunya dia lahir alias masih premature.
Ati menunduk sedih mendengarkan penjelasan dari Dr. Ani yang menurutnya sangat menyayat hatinya. Matanya yang hampir meneteskan sebulir bening air mata itu kemudian segera diangkatnya, kepalanya bergerak menyamping untuk melihat kearah sosok putra kecilnya yang rapuh itu.
"Bu Ati.." panggil Dr. Ani. Ati pun segera memalingkan pandangannya dan menatap Dr. Ani dengan penuh harap.
"Saya sarankan Ibu memeriksakan keadaan paru-paru Rian ke dokter specialis yang ada di kota. Saya ini dokter umum bu, saya hanya bisa menerka-nerka saja..
Jadi saya anjurkan ibu Ati membawa Rian ke kota" tutur Dr. Ani panjang lebar. Ati tak menjawab. Kepalanya terlihat bergerak naik turun menandakan dirinya mengerti dan paham akan pernyataan Dr. Ani itu.
"Baiklah dok..
Saya akan segera bawa Rian ke kota. Terimakasih ya dok" ucap Ati sambil menyunggingkan senyumnya agar terlihat tegar, padahal sebenarnya hatinya sangat bersedih saat mendengar berita itu.
"Yasudah..
Untuk mengurangi demam Rian sekarang.. Ini saya kasih resep, silahkan ibu tebus di apotek depan ya..
Disitu juga sudah saya tulis vitamin buat Rian, supaya tubuh Rian gak gampang terserang penyakit demam seperti ini" jelas Dr. Ani lagi. Lagi-lagi Ati mengangguk.
***
"Mas..
Mas kapan pulang?" ucapnya dengan nada yang lembut. Sebuah telefon genggam tengah menempel di telinga kanannya, sedangkan tangan kirinya tengah menggendong putra kecilnya yang sedang asyik memainkan main yang beberapa hari yang lalu dibelikannya.
"Masih lama sayang..
Tugas aku masih banyak disini" suara seorang pria terdengar dibalik telefon genggam itu.
"Yah mas..
Tolonglah minta cuti ke atasan Mas, Rian lagi sakit mas.." mohon Ati kepada seseorang yang ternyata suaminya ini.
"Iya sayang..
Aku usahain ya.. Yaudah aku tutup dulu ya telfonnya, aku masih ada tugas..muach titip salam buat jagoan ayah ya.." ucap pemuda itu. Tak lama kemudian Ati menghentikan saluran telfonnya.
Setelah menerima telfon dari suaminya, Ati kembali asyik bermain dengan si kecil, Rian. Tangannya terus mengelus lembut kepala mungil Rian itu. Rian yang tidak sedang tidur itu merasakan kasih sayang yang diberikan bundanya. Segurat senyum kecil terlukis di bibir mungil Rian.
Coment plisssss :)
Follow me @rhiriez_zmile

Tidak ada komentar:

Posting Komentar