Bisma... Kami sayang kamu :* | CERPEN | Part1
Tittle : Bisma ???
Genre : Sad, Family, Happy Ending
Cast : Bisma Karisma
Author : Arisa Kanagaki
-Cerpen Motivasi-
Rintik hujan terus membasahi atap villa sederhana ini. Sebuah villa
kecil yang berada di tengah perkebunan teh yang lumayan luas. Di dalam
villa itu terdapat seorang ibu muda dan bayi laki-lakinya yang beberapa
minggu yang lalu dilahirkannya. Suasana terlihat sepi karena sang bayi
tengah mengalami demam. Mungkin karena pengaruh cuaca yang tidak
bersahabat dengan kondisi sang bayi yang masih rentan itu, atau mungkin
karena mungkin sang bayi itu sedang menaruh kerinduannya kepada sang
ayah yang sejak 6 bulan yang lalu menjalankan tugas di luar kota yang
sangat jauh. Maklumlah sang ayah adalah seorang ajudan negara.
Terlihat di sebuah kamar kecil yang ada didalam villa itu, seorang
wanita yang kira-kira berusia 25 tahun itu tengah mondar-mandir sambil
menaruh bayinya dalam gendongannya. Beraneka macam cara dilakukannya
agar tangis sang anak mereda, namun semua berbuah nihil. Hujan yang tak
kunjung reda menambah rasa tak tenang pada wanita yang baru saja menjadi
ibu ini.
"Sutsut.. Rian bobok ya sayang.. Suuttt" ucapnya lirih sambil terus mengayunkan pangeran kecilnya itu dalam buaiannya.
Afriansyah Putra Karisma. Seorang pangeran kecil yang diberikan
Tuhan kepada wanita itu adalah tambahan kekuatan untuk mengobati rasa
rindunya terhadap sang suami.
Kelahiran Rian, panggilan bocah kecil itu, memang sangat diharapkan
keluarganya, terutama untuk Ati dan sang suami, Karyana. Setelah
sekitar 2 tahun pernikahannya, barulah mereka diijinkan untuk merawat
seorang bayi.
"Yaampun hujannya kok gak reda-reda sih..
Badan Rian makin panas lagi" Ati terlihat semakin gusar. Apalagi
saat melihat wajah putra yang terlihat sangat pucat dan lemas karena
merasakan demam ditubuhnya.
***
Hujan yang sedari kemarin mengguyur Kota Sumedang itu akhirnya
reda. Kali ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ati segera
bergegas keluar rumah untuk menuju rumah dokter praktek yang berada tak
jauh dari villa tempatnya bernaung. Tak lupa Ati mengenakan sebuah jaket
tebal ketubuh si kecil Rian. Rian tengah tertidur meskipun panas di
tubuhnya tak kunjung menurun.
***
Dr. Ani sedang sibuk memeriksa seorang bayi kecil yang ganteng ini.
Sementara ibunda dari sang bayi tengah berdiri disampingnya sambil
mengelus pipi putranya yang sedang di periksa.
Dr. Ani melepaskan stetoskop yang sedari tadi menempel di
telinganya. Tanpa banyak berbasa-basi, Dr. Ani kemudian duduk di kursi
kerjanya. Ati pun mengikuti dari belakangnya dan kemudian duduk tepat di
depan Dr. Ani.
"Anak saya gak papa kan dok? Cuma demam biasa kan?" tanya Ati
bertubi kepada Dr. Ani yang sudah selesai memeriksa putra kecilnya.
Dr. Ani menghela nafasnya berat. Dengan raut wajah yang tidak meyakinkan, Dr. Ani mulai membuka suara.
"Ibu Ati.. Maaf ya sebelumnya..
Saya harus katakan seperti yang beberapa bulan lalu saya katakan ke ibu..
Paru-paru Rian lemah bu, mungkin karena kelahirannya kemarin yang prematur membuat Rian seperti ini" jelas Dr. Ani kepada Ati.
2 bulan yang lalu.. Ati melahirkan dengan usia kandungannya yang
masih 7 bulan, dan karena pada saat itu air ketubannya sudah pecah jadi
Ati harus melahirkan pada saat itu juga. Dan sebagai akibatnya,
paru-paru Rian terganggu. Paru-paru Rian lemah karena memang belum
waktunya dia lahir alias masih premature.
Ati menunduk sedih mendengarkan penjelasan dari Dr. Ani yang
menurutnya sangat menyayat hatinya. Matanya yang hampir meneteskan
sebulir bening air mata itu kemudian segera diangkatnya, kepalanya
bergerak menyamping untuk melihat kearah sosok putra kecilnya yang rapuh
itu.
"Bu Ati.." panggil Dr. Ani. Ati pun segera memalingkan pandangannya dan menatap Dr. Ani dengan penuh harap.
"Saya sarankan Ibu memeriksakan keadaan paru-paru Rian ke dokter
specialis yang ada di kota. Saya ini dokter umum bu, saya hanya bisa
menerka-nerka saja..
Jadi saya anjurkan ibu Ati membawa Rian ke kota" tutur Dr. Ani
panjang lebar. Ati tak menjawab. Kepalanya terlihat bergerak naik turun
menandakan dirinya mengerti dan paham akan pernyataan Dr. Ani itu.
"Baiklah dok..
Saya akan segera bawa Rian ke kota. Terimakasih ya dok" ucap Ati
sambil menyunggingkan senyumnya agar terlihat tegar, padahal sebenarnya
hatinya sangat bersedih saat mendengar berita itu.
"Yasudah..
Untuk mengurangi demam Rian sekarang.. Ini saya kasih resep, silahkan ibu tebus di apotek depan ya..
Disitu juga sudah saya tulis vitamin buat Rian, supaya tubuh Rian
gak gampang terserang penyakit demam seperti ini" jelas Dr. Ani lagi.
Lagi-lagi Ati mengangguk.
***
"Mas..
Mas kapan pulang?" ucapnya dengan nada yang lembut. Sebuah telefon
genggam tengah menempel di telinga kanannya, sedangkan tangan kirinya
tengah menggendong putra kecilnya yang sedang asyik memainkan main yang
beberapa hari yang lalu dibelikannya.
"Masih lama sayang..
Tugas aku masih banyak disini" suara seorang pria terdengar dibalik telefon genggam itu.
"Yah mas..
Tolonglah minta cuti ke atasan Mas, Rian lagi sakit mas.." mohon Ati kepada seseorang yang ternyata suaminya ini.
"Iya sayang..
Aku usahain ya.. Yaudah aku tutup dulu ya telfonnya, aku masih ada
tugas..muach titip salam buat jagoan ayah ya.." ucap pemuda itu. Tak
lama kemudian Ati menghentikan saluran telfonnya.
Setelah menerima telfon dari suaminya, Ati kembali asyik bermain
dengan si kecil, Rian. Tangannya terus mengelus lembut kepala mungil
Rian itu. Rian yang tidak sedang tidur itu merasakan kasih sayang yang
diberikan bundanya. Segurat senyum kecil terlukis di bibir mungil Rian.
Coment plisssss :)
Follow me @rhiriez_zmile
Tidak ada komentar:
Posting Komentar