Rabu, 27 April 2016

Untuk Bian Pratama...

Hai Bian, Ingin sekali aku menyapamu seperti itu lagi,
Sejak hari itu, aku bahkan lupa cara menatapmu dengan benar..
Aku lupa cara menyapamu dengan benar..
Bahkan tanpa kusadari, semuanya menjadi berbeda sejak hari itu..
Sejak hari itu, sejak rasa ini ada..
Aku merasa aku berubah, Aku kehilangan siapa aku yang sebenarnya..
Dan Aku kehilangan kamu yang membuatku jatuh cinta seperti ini..
Mungkin aku berubah karna persepsi yang kubangun tentangmu Bi, tentangmu dan tentangmu..
Kadang aku rindu memanggil namamu dengan lengkap seraya bersorak segembira dulu,
Bahkan aku rindu, melewati setiap detik kita bersama dengan tidak ada canggung seperti ini..
Apakah aku salah karna mencintaimu Bi?
Apakah aku harus membuang dan membakar rasa ini jauh-jauh?
Bian, katakan padaku caranya. Sejak saat itu, sejak kamu berubah bahkan aku merasa aku melupakan banyak cara hanya karna terbawa pikiranku tentang kamu.
Bahkan aku tidak pernah memperlihatkan jika Aku mencintaimu, tapi kau sudah menjauh..
Aku berusaha mencintaimu dalam diamku Bi,
Berusaha untuk tidak terlihat care meskipun sejatinya hanya kamu yang ada difikiranku..
Berusaha mengajakmu tertawa dengan guyonan bodoh, meskipun tanpa kamu tau itu adalah caraku untuk bisa terus melihat tawamu, tawa yang selalu menari di pelupuk mataku..
Kadang, setiap detik di setiap celah yang pernah kita lalui berdua, mengundang rasa hangat dipelupuk mataku, Aku merindukanmu Bi..
Kadang, rasa khawatir tentangmu serta merta datang bak hujan badai, Aku tidak bisa menghalaunya, tapi Aku merasakannya sangat penat..
Namun ketika detik itu datang, ketika aku harus dihadapkan kepada kamu yang berusaha bersikap dingin ketika bertemu denganku, hal itu membuatku semakin sakit..
Jika aku boleh protes Bi,
Jangan kamu bertindak sehangat itu dulu, Aku ini hanya wanita biasa, Aku tidak akan luput dari kenyamanan yang diberikan lelaki..
Aku tidak akan bisa mengelak ketika aku merasakan pundakku nyaman karna kehangatan darimu,
Jujur, dulu aku tidak meresponmu.. karna Aku tau, kamu terlalu sempurna untuk menjadi khayalanku..
Kamu terlalu diidamkan wanita-wanita hebat lebih dariku diluaran sana, Aku tau..
Tapi kenapa, kenapa nyamanmu selebih itu.
Aku tidak bisa mengelak, bahkan ketika sekarang kamu telah menyulap dirimu menjadi sedingin balok es, bahkan aku hanya bisa membeku dengan sisa kehangatan yang dulu kamu berikan..
Bian, bisakah kau katakan padaku bila rasa ini salah? Bisakah kau lakukan itu padaku?
Aku lelah Bi, aku hanya ingin menyerah kalau aku bisa..
Aku tidak tahu apa yang Tuhan gariskan diatas sana, aku buta akan semua itu..
Hanya saja, bolehkah menjadi kamu yang dulu? Bolehkah?
Apakah aku salah jika aku memedam rasa ini? Mengagumimu dari jarak jauh seperti ini bahkan kamu merasakannya dan hatimu menjadi sedingin itu.
Lewat surat ini, aku hanya ingin minta maaf jika perasaanku membuatmu tidak nyaman. Meskipun aku tidak pernah berusaha memperlihatkannya ketika dihadapanmu,
Aku mohon, Maafkan aku..
Aku harap kau tidak melupakan aku sebagai sahabatmu,
Terima kasih atas semuanya Bi,
Bian Pratama.



Renia Astari, sahabatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar